Animation

Senin, 10 Agustus 2015

AHMADIYAH



AHMADIYAH

A.    LATAR BELAKANG
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza lahir pada 15 Februari 1835 M dan meninggal pada 26 Mei 1906 M di India. Ahmadiyah dibawa masuk ke Indonesia sekitar tahun 1925 dengan latar belakang sikap ingin tahu beberapa pemuda Indonesia yang berasal dari pesantren/madrasah Thawalib, Padang Pajang, Sumatera Barat.
Thawalib yang beraliran modern, berbeda dengan institusi-institusi Islam ortodox masa itu, yang para santrinya tidak hanya mendalami bahasa Melayu dan bahasa Arab, melainkan juga diperkenankan membaca tulisan Latin.
Beberapa santrinya membaca surat kabar tentang orang Inggris yang masuk Islam melalui seorang da’i Islam yang berasal dari India, Khwaja Kamaluddin. Dan hal inilah yang menjadi pemicu rasa penasaran beberapa santri tersebut untuk mencari tokoh tersebut. Zaini Dahlan, Abu Bakar Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang santri Thawalib yang berangkat untuk tujuan tersebut. Mereka sampai di Lahore (masa itu masih bagian dari India,kini masuk wilayah Pakistan) pada tahun 1923.
Dari Lahore meraka lebih masuk ke Qadian dan berdialog dengan pimpinan Ahmadiyah pada saat itu, Khalifatul Masih II ra. Dan akhirnya mereka bai’at dan belajar di Qadian mendalami Ahmadiyah. Atas permohonan mereka maka dikirimlah utusan pertama jamaat Ahmadiyah ke Indonesia pada tahun 1925, Hz.Mlv.Rahmat Ali ra..
Pusat jamaat Ahmadiyah pada tahun 1935 berpusat di Jakarta dan pada tahun 1987 pindah ke Parung, Bogor. Kini Ahmadiyah sudah memiliki sekitar 200 cabang, terutama di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB, dan lain-lain.  Demi menyebarkan pahamnya, misionaris Ahmadiyah telah menerbitkan majalah “Sinar Islam”, Studi Islam dan Fathi Islam.
Pada tahun 1980 Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang waktu itu dipimpin Buya Hamka pun telah menetapkan bahwa aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat lagi menyesatkan, dan orang yang menganutnya adalah murtad alias keluar dari Islam (No.05/Kep/Munas/II/MUI/1980). Ketetapan tersebut ditegaskan kembali pada bulan Juli 2005 dalam fatwa resmi MUI yang ditandatangani oleh Prof. Dr. H. Umar Shihab dan Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin. Kemudian Dirjen Bimas Islam Departemen Agama melalui surat edarannya tahun 1984 telah menyeru seluruh umat Islam agar mewaspadai gerakan Ahmadiyah.

B.     PEMIMPIN AHMADIYAH
Setelah wafatnya pendiri jamaat Ahmadiyah, gerakn ini dipimpin oleh para khalifah:
1)      Khalifah Masih I: Hazrat Maulvi Nurrudin (1908-1914)
2)      Khalifah Masih II: Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965)
3)      Khalifah Masih III: Hazrat Hafiz Nasir Ahmad ( 1965-1983)
4)      Khalifah Masih IV: Mirza Tahir Ahmad (1983-2003)
C.     POKOK – POKOK AJARAN AHMADIYAH (SESAT)
Aliran Sesat, Ahmadiyah Lahore dan Qadian berkeyakinan bahwa:
a.       Nabi Isa as benar-benar disalib di tiang salib oleh orang-orang Yahudi, tetapi tidak sampai wafat, hanya mengalami luka-luka dan pingsan saja, sebagaimana klaim Mirza Ghulam Ahmad.
b.      Nabi Isa as tidak diangkat ke langit. Keyakinan bahwa nabi Isa as diangkat ke langit adalah mengikuti keyakinan Kristen, demikian klaim Mirza Ghulam Ahmad.
c.       Nabi Isa as telah wafat dan konon  makamnya ditemukan di desa Mohalla Khan Yar, Srinagar, Kashmir, sesuai klaim Mirza Ghulam Ahmad.
d.      Oleh karena nabi Isa as telah wafat, maka Mirza Ghulam Ahmad adalah al-Masih yang dijanjikan itu, sebagaimana klaim Mirza Ghulam Ahmad sendiri.
e.       Keyakinan Islam tentang turunnya kembali nabi Isa as ke dunia mendekati hari kiamat adalah mengikuti keyakinan Kristen (lihat butir 2). Menurut Mirza Ghulam Ahmad, nabi Isa as tidak akan turun lagi ke dunia karena sudah wafat, sehingga al-Masih yang diramalkan akan turun itu adalah dirinya sendiri.
f.       Nabi Muhammad saw adalah nabi yang paling mulia dan paling sempurna dari sekalian para nabi Allah,  sebagaimana klaim Mirza Ghulam Ahmad. Hal ini dimaksudkan agar “kenabian” Mirza Ghulam Ahmad dapat diterima oleh umat Islam.
g.      Mereka memiliki kitab suci sendiri, yaitu Tadzkirah.
h.      Mereka meyakini bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya dengan kitab suci Al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari Allah.
i.        Mereka mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
j.        Wanita Ahmadiyah dilarang menikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah, namun laki-laki Ahmadiya boleh menikah dengan wanita yang bukan Ahmadiyah.
k.      Tidak boleh bermakmum dengan imam yang bukan Ahmadiyah.
l.        Ahmadiyah memiliki penanggalan sendiri, yaitu nama bulan: 1. Suluh, 2. Tabligh, 3. Aman, 4. Syahadah, 5. Hijrah, 6. Ikhsan, 7. Wafa, 8. Zuhur, 9. Tabuk, 10. Ikha, 11. Nubuwah, 12. Fatah. Sedang nama tahun mereka adalah Hijri Syamsi (disingkat HS).
m.    Ajaran mereka menganggap orang yang bukan pengikut Ahmadiyah itu adalah kafir.
Ajaran Ahmadiyah ini sering berubah - ubah seiring perkembangan zaman, tidak punya prinsip dan pedoman yang jelas. Hal ini berbeda dengan ajaran Islam yang senantiasa tegas sepanjang masa.
Berbeda dengan Ahmadiyah Qadian, Ahmadiyah Lahore menyangkal klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan rasul Allah, tetapi mereka tetap berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan oleh nabi Muhammad saw. Sangkalan ini tentu saja sangat ironis mengingat Al-Masih yang dijanjikan oleh nabi Muhammad saw adalah Isa PUTRA MARYAM, seorang nabi dan rasul Allah. Jika Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan, maka sudah barang tentu statusnya sama dengan Isa PUTRA MARYAM, yang berarti Mirza Ghulam Ahmad juga seorang nabi dan rasul Allah (hal ini tentunya bertentangan dengan QS. 33:40 yang menegaskan bahwa Muhammad adalah penutup para nabi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar