Animation

Minggu, 09 Agustus 2015

HASIL PRODUK SERTA DAMPAK DARI PENGOLAHAN MINYAK BUMI


HASIL PRODUK SERTA DAMPAK DARI PENGOLAHAN MINYAK BUMI


Karya tulis ini disusun dan diajukan guna melengkapi atau memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) di SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Disusun Oleh :                                          
Nama               : Mas Muhammad Luqman Imam Al As’ari
Kelas               : XII IPA 1
NIS                 :  01901

SEKOLAH MENENGAH ATAS AL ISLAM 1 SURAKARTA
2014
PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat mengikuti  Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah SMA AL-ISLAM 1 Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015.

hari                  :   ………………….
tanggal                        :   ………………….




         Kepala Sekolah                                                           Pembimbing



Drs. Abdul Halim                                                         Sukarno, S.Ag
NIP. 19600917 198703 1 008                                   
MOTTO
“Man Jadda Wa Jada”
"Genius bukanlah seseorang yang memiliki IQ jauh di atas rata-rata, tetapi genius adalah Expert atau para ahli di bidangnya"
"Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma – yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain.

















PERSEMBAHAN

            Karya tulis ini penulis persembahkan kepada
1.        Kedua orang tua penulis tercinta yang telah memberi semangat serta dukungan untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
2.        Teman-teman di kelas XII IPA I, yang telah memberikan pelajaran hidup pada penulis.
3.        Pembaca yang semoga diberkahi oleh Allah SWT.






   







KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan karya tulis yang berjudul Hasil Produk Serta Dampak Dari Pengolahan Minyak Bumi, bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat- syarat mengikuti Ujian Nasional serta Ujian Akhir Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan, maupun bimbingan dari berbagai pihak maka terasa berat dan sulit dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Bapak Drs. Abdul Halim selaku Kepala SMA Al-Islam 1 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan karya tulis ini.
2.    Bapak Sukarno, S.Ag selaku pembimbing penulisan karya tulis yang selalu setia memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
3.    Ibu Dra. Nur Fatkhiyah Hidayati selaku wali kelas XII IPA I yang selalu membimbing dan memberi motivasi pada penulis hingga saat ini.
4.    Bapak/Ibu guru yang telah bersedia membantu demi lancarnya pembuatan karya tulis ini.
5.    Petugas perpustakaan yang telah memberikan referensi tentang karya tulis
6.    Semua pihak yang turut membantu penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat digunakan penulis sebagai masukan dan perbaikan. Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Penulis










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................        i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................       ii
MOTTO ................................................................................................................  iii
PERSEMBAHAN ...............................................................................................  iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................       v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................         1
1.1        Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2        Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3        Tujuan Penulisan ............................................................................  2
1.4        Metode Pengumpulan Data ............................................................. 3
1.5        Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN MINYAK BUMI SECARA UMUM ....................    5
2.1.      Minyak Bumi Arti Luas  ..............................................................    5
2.1.1. Sejarah Minyak Bumi .........................................................    8
2.1.2. Asal Usul Minyak Bumi ..................................................... 12
2.2.      Pembentukan Minyak Bumi  ........................................................ 12
2.3.      Komposisi Minyak Bumi  ............................................................. 19
         2.3.1.  Senyawa Hidrokarbon ....................................................... 21
         2.3.2. Senyawa Non Hidrokarbon ................................................ 23
2.4.      Cara Pengolahan Minyak Bumi  ................................................... 20
         2.4.1. Destilasi .............................................................................. 27
2.4.2. Cracking ............................................................................. 30
2.4.3. Reforming ........................................................................... 32
2.4.4. Alkilasi ................................................................................ 33
2.4.5. Treating ............................................................................... 33
BAB III HASIL PENGOLAHAN SERTA DAMPAK MINYAK BUMI      39
3.1        Hasil Produk Pengolahan Minyak Bumi ...................................... 39
3.1.1 LPG....................................................................................... 40
3.1.2 Bahan Bakar Penerbangan ................................................... 42
3.1.3 Bensin .................................................................................. 43
3.1.4 Minyak Tanah ( Kerosin ) .................................................... 52
3.1.5 solar ...................................................................................... 54
3.1.6. Pelumas ............................................................................... 61
3.1.7. Lilin ..................................................................................... 61
3.1.8. Aspal atau Bitumen ............................................................. 62
3.1.9. Petrokimia ........................................................................... 63
3.2        Dampak Minyak Bumi Dalam Kehidupan ................................... 36
3.2.1 Dampak terhadap lingkungan .............................................. 70
3.2.2 Dampak terhadap kesehatan................................................. 70
3.2.3 Dampak terhadap ekonomi .................................................. 71
3.2.4 Polusi Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil .......... 71
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 78
3.1          Kesimpulan ................................................................................... 78
3.2         Saran ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA  ....................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................. .... 81














   BAB I
    PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perlu kita ketahui lebih dalam bahwa sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor dan industri berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batubara. Ketiga jenis bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik, tumbuhan dan hewan yang mati.
Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar bumi kemudian ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu menjadi minyak dan gas. Selain bahan bakar, minyak dan gas bumi merupakan bahan industri yang penting. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dari minyak dan gas bumi ini disebut petrokimia. Baru-baru ini puluhan ribu jenis bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke dalam plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, dan berbagai jenis obat.
Minyak bumi dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon. Rantai karbon yang menyusun minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang beragam dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya bagi minyak bumi itu sendiri pada pengolahannya. Hal ini juga yang akan mempengaruhi produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.
Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan penting atau menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh minyak bumi dan gas alam digunakan sebagai sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor, dan industri.
Oleh karena itu, kita juga harus melakukan penghematan dalam penggunaan minyak bumi dan gas alam tersebut. Maka sudah sepantasnya apabila  sebagai generasi penerus bangsa, kita juga harus memikirkan bahan bakar alternatif apa yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil ini, jika suatu saat nanti bahan bakar ini habis.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah minyak bumi itu ?
2.      Bagaimana proses pembentukan minyak bumi ?
3.      Apa saja komposisi yang terkandung dalam minyak bumi ?
4.      Bagaimana cara pengolahan minyak bumi ?
5.      Apa saja hasil atau produk dari pengolahan minyak bumi ?
6.      Apa saja kegunaan atau manfaat yang terkandung dari hasil produk minyak bumi ?
7.      Bagaiman dampak yang ditimbulkan dari hasil produk dan pengolahan minyak bumi dalam kehidupan?
1.3  Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
1.       Dapat mengetahui dan mendalami pengetahuan tentang minyak bumi.
2.       Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai proses pembentukan minyak bumi.
3.       Dapat mengetahui komposisi yang terkandung dalam minyak bumi.
4.       Dapat mengetahui cara pengolahan minyak bumi.
5.       Dapat mengetahui hasil pengolahan dari minyak bumi.
6.       Dapat mengetahui manfaat serta kegunaan minyak bumi bagi kehidupan manusia.
7.       Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pembakaran minyak bumi yang tidak sempurna.
1.4 Metode Pengumpulan Data
     Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode literatur atau kepustakaan, yakni menyelidiki dan mencari data dengan jalan membaca, serta mencari data melalui media elektronik dan internet. Sumber dari internet tersebut disajikan sebagai data pembanding, pendukung dan landasan teori.
1.5 Sistematika Penulisan
Karya tulis ini dibahas dalam empat bab utama, yaitu
Bab I Pendahuluan
1.1                    Latar Belakang Masalah
1.2                    Rumusan Masalah
1.3                    Tujuan Penulisan
1.4                    Metode Pengumpulan Data
1.5                    Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan Minyak Bumi Secara Umum
2.1          Minyak Bumi Arti Luas
2.2          Pembentukan Minyak Bumi
2.3          Komposisi Minyak Bumi
2.4          Cara Pengolahan Minyak Bumi
Bab III Hasil Produk Serta Dampak Minyak Bumi
3.1          Hasil Produk Pengolahan Minyak Bumi
3.2          Dampak Minyak Bumi Dalam Kehidupan
Bab IV Penutup
4.1          Simpulan
4.2          Saran








BAB II
PEMBAHASAN MINYAK BUMI SECARA UMUM
2.1     Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia.
Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas.
Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.
Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon 16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada musim dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok. Di beberapa negara, propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan masyarakat sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.
Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum CnH2n. Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik didih yang lebih tinggi.
Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom hidrogen akan berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Hidrokarbon seperti ini jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat. Beberapa bersifat karsinogenik.
Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana (isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia C8H18 dan bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:
2 C8H18(l) + 25 O2(g) → 16 CO2(g) + 18 H2O(g) + 10.86 MJ/mol (oktana)
Jumlah dari masing-masing molekul pada minyak Bumi dapat diteliti di laboratorium. Molekul-molekul ini biasanya akan diekstrak di sebuah pelarut, kemudian akan dipisahkan di kromatografi gas, dan kemudian bisa dideteksi dengan detektor yang cocok.
Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya akan menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang yang dihasilkan oleh mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat menimbulkan asbut.
2.1.1 Sejarah Minyak Bumi
Saat ini, sejumlah besar ilmuwan secara umum berpendapat bahwa minyak bumi adalah makhluk hidup purbakala yang di bawah tekanan suhu tinggi dan setelah melalui proses pengolahan dalam jangka waktu yang panjang serta lamban, maka makhluk hidup zaman purbakala baru berubah menjadi minyak bumi. Namun, yang membuat para ilmuwan bingung adalah sebenarnya butuh berapa kali organisme prasejarah dalam skala besar terkumpul dan terkubur, baru bisa menghasilkan minyak bumi yang sedemikian banyak seperti sekarang ini.
Masalah ini terjawab di majalah Scientist akhir November 2003. Penulis artikel tersebut yakni Jeffry S. Dukes dari Universitas Utah, melalui hasil hitungan dari data industri dan geokimia serta biologi yang ada sekarang: 1 galon minyak bumi Amerika, ternyata membutuhkan 90 ton tumbuhan purbakala sebagai bahan material, artinya 1 liter minyak bumi berasal dari 23,5 ton tumbuhan purbakala. Lalu berapa tumbuhan yang dapat mencapai 23,5 ton itu? Hasil hitungan didapati, bahwa itu setara dengan 16.200 meter persegi jumlah tanaman gandum, termasuk daun, tangkai dan seluruh akarnya.
Mengapa membutuhkan makhluk hidup purbakala dalam jumlah yang sedemikian besar baru bisa mengubahnya menjadi minyak bumi? Penyebabnya adalah bahwa minyak bumi harus di bawah tekanan suhu tinggi, dengan demikian baru bisa menghasilkan minyak bumi, lalu setelah makhluk hidup purbakala mati, jika penguburan tidak cepat, maka akan lapuk dan terurai
Dilihat dari segi lainnya, data geologi menunjukkan, bahwa bumi pada zaman purbakala mutlak tidak mungkin lebih besar ukurannya dibanding bumi saat ini, lagi pula jumlah kandungan oksigen di udara dan suhu udara pada zaman purbakala kurang lebih 30% lebih tinggi dibanding bumi saat ini, atau dengan kata lain, kecepatan busuknya makhluk hidup lebih cepat dibanding sekarang. Seandainya minyak bumi berasal dari jasad makhluk hidup melalui sirkulasi karbon, maka meskipun bentuk tubuh makhluk hidup purbakala lebih besar, namun jika rasio penguburan lebih cepat dan skala besar malahan sangat rendah juga akan sangat sulit, ini adalah yang bisa diketahui dari fosil dinosaurus yang tidak sempurna dan tidak banyak jumlahnya, yang hanya dapat kita gali sekarang ini. Sebuah fosil individual dinosaurus yang demikian tidak mudah untuk disimpan.
Minyak Bumi telah digunakan oleh manusia sejak zaman kuno, dan sampai saat ini masih merupakan komoditas yang penting. Minyak Bumi menjadi bahan bakar utama setelah ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya penerbangan komersial, dan meningkatnya penggunaan plastik.
Lebih dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan Diodorus Siculus, aspal telah digunakan sebagai konstruksi dari tembok dan menara Babylon; ada banyak lubang-lubang minyak di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang besar ditemukan di tepi Sungai Issus, salah satu anak sungai dari Sungai Eufrat. Tablet-tablet dari Kerajaan Persia Kuno menunjukkan bahwa kebutuhan obat-obatan dan penerangan untuk kalangan menengah-atas menggunakan minyak Bumi. Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali dengan bambu di China.
Pada tahun 1850-an, Ignacy Łukasiewicz menemukan bagaimana proses untuk mendistilasi minyak tanah dari minyak Bumi, sehingga memberikan alternatif yang lebih murah daripada harus menggunakan minyak paus. Maka, dengan segera, pemakaian minyak Bumi untuk keperluan penerangan melonjak drastis di Amerika Utara. Sumur minyak komersial pertama di dunia yang digali terletak di Polandia pada tahun 1853. Pengeboran minyak kemudian berkembang sangat cepat di banyak belahan dunia lainnya, terutama saat Kerajaan Rusia berkuasa. Perusahaan Branobel yang berpusat di Azerbaijan menguasai produksi minyak dunia pada akhir abad ke-19.
Tiga negara yang memproduksi minyak terbanyak adalah Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat. Sekitar 80 persen minyak dunia dihasilkan dari Timur Tengah, dengan 62,5 persennya berasal dari Arab 5: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Qatar, dan Kuwait.
Pada tahun 1950-an, biaya pengangkutan minyak menggunakan kapal tangker mencapai 33 persen dari harga minyak di teluk Persia, tetapi pada saat pengembangan supertangker pada tahun 1970-an, biaya pengangkutan menurun menjadi hanya 5 persen.
2.1.2 Asal Usul Minyak Bumi
Asal Usul Minyak Bumi Minyak bumi dan gas alam diduga berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Dugaan tersebut didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang terdapat dalam bahan tersebut dengan unsur-unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar laut, kemudian ditutupi oleh lumpur yang lambat laun mengeras karena tekanan lapisan diatasnya sehingga berubah menjadi batuan. Sementara itu bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa organisme itu sehingga menjadi minyak bumi dan gas yang terperangkap di antara lapisan-lapisan kulit bumi. Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan sepanjang umur kita pun belum cukup untuk membuat minyak bumi dan gas. Jadi kita harus melakukan penghematan dan berusaha mencari sumber energi alternative.
2.2 Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
Description: proses pembentukan minyak bumi 1
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
Description: proses pembentukan minyak bumi 2
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
Description: proses pembentukan minyak bumi 3
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

Description: proses pembentukan minyak bumi 4
Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam sebuah jebakan (trap).
Proses pematangan batuan induk (Source rock)
Description: http://rovicky.files.wordpress.com/2008/02/oil-generation.jpg
Untuk sedikit lebih canggih dalam memahami proses pembentukan migas, dongeng berikut ini menjelaskan hanya masalah pematangannya.
Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Tentunya ada donk hubungan antara kedalaman dengan pematangan ? Ya tentusaja.
Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.
Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.
Dalam gambar diatas ini terlihat bahwa minyak terbentuk pada suhu antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
2.3 Komposisi Minyak Bumi
Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak dan gas bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur utamanya. Senyawa-senyawa tersebut disebut senyawa hidrokarbon. Selain daripada senyawa-senyawa tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang sedikit yang mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen, dan nitrogen.
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen.Teori yang paling umum digunakan untuk menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source materials”. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran senyawa logam dan mineral serta letak geologis selama proses perubahan tersebut, maka minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur penyusunnya adalah sebagai berikut:
UNSUR
% WT
Karbon
83  -  87
Hidrogen
10 - 14
Nitrogen
0,1 – 2
Oksigen
0,05 – 1,5
Sulfur
0,05 - 6
Metal
0,5 – 5

Selain unsur-unsur diatas terdapat juga unsur-unsur logam seperti vanadium, besi, nikel, khrom, posfor, dan logam-logam lain yang jumlahnya kurang dari 0,03% berat. Operasi-operasi pengilangan minyak secara fisis seperti penguapan, fraksionasi, dan pendinginan dilaksanakan oleh adanya sejumlah besar penyusun minyak dan gas bumi, sedangkan operasi-operasi kimiawi seperti pemurnian (treating) dan filtrasi dilaksanakan oleh adanya senyawa-senyawa sulfur, oksigen, dan nitrogen juga dilakukan oleh adanya sejumlah kecil senyawa hidrogen reaktif yang mungkin terikat dalam minyak dan gas bumi.
Di dalam minyak mentah dan gas bumi terdapat beberapa kelompok senyawa-senyawa hidrokarbon dan masih ada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon yang lain yang dihasilkan oleh proses-proses pengolahan minyak seperti perengkahan dan hidrogenasi. Diantara minyak dan gas bumi mempunyai rumus molekul seperti alkana (CnH2n), alkena (CnH2n) dan alkuna (CnH2n-2).
Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.

2.3.1        Senyawa Hidrokarbon
·         golongan parafinik
·         golongan olefinik
·         golongan naphthenik
·         golongan aromatik

1.      Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh yang sangat stabil dan berantai lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18) dan lain-lain. Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
2.      Olefin
Olefin atau disebut juda dengan etilen adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n yang mempunyai ikatan rangkap yang menghubungkan dua atom karbon.Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8) dan lain-lain. Contoh  : etena, propena/propilena, butena
3.      Naften
Naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naften yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon.Contohnya adalah siklopentana (C5H10) dan sikloheksana (C6H12), siklohepatana dan lain-lain. Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
Description: 7

4.      Aromatik
Aromatik atau sering disebut senyawa benzene adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berbentuk cincin atau rantai melingkar.Contohnya benzene (C6H6), fenol, anilin, dan lain-lain. Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromatik yang relatif besar.
Description: 7
2.3.2        Senyawa Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti :
·       senyawaan sulfur
·       senyawaan nitrogen
·       senyawaan oksigen
·      senyawaan organometal (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan)
·       garam-garam anorganik (sebagai suspensi koloidal)
Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak bumi.
1. Belerang (sulfur)
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki, karena:
a)                  Menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk pengolahan.
b)             Mengurangi efektifitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
c)                   Meracuni katalis-katalis perengkahan.
d)                 Menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan lingkungan yaitu SO2 dan SO3.
Description: 7

2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-metil piridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.
Description: 7
3.      Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat (2,2,6-trimetil sikloheksan karboksilat, C10H18O2) dan asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.

4.      Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium.Logam-logam ini terdapat dalam bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak.Vanadium dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk pengolahan.
2.4 Cara Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung  dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:
 
2.4.1 DISTILASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Menara destilasi
Description: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRmgcrc5pOZ1OsIQMLfoBYPRuilykz3he0NnE-rgtvSKCeC_7xb
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi,I treating, dan blending.
2.4.2 CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan (refinery), seperti terlihat dibawah ini:
 
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :
 
2. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
3. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
2.4.3 REFORMING
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :
Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :
2.4.4 ALKILASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :
M CnH2n Cm+nH2(m+n)
Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.
2.4.5 TREATING
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :
1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta                                 
2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas
Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi di seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari, menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai sulfur cair murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah, maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Absorpsi H2S oleh senyawa soda
Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

2.4.6 BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.





BAB III
HASIL PENGOLAHAN SERTA DAMPAK MINYAK BUMI

3.1 Hasil Pengolahan Minyak Bumi
Keberadaan minyak bumi dan berbagai macam produk olahannya memiliki manfaat yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh penggunaan minyak tanah, gas, dan bensin. Tanpa ketiga produk hasil olahan minyak bumi tersebut mungkin kegiatan pendidikan, perekonomian, pertanian, dan aspek-aspek lainnya tidak akan dapat berjalan lancer.
Menurut komposisi dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat memproduksi berbagai jenis produk minyak Bumi. Produk minyak terbesar digunakan sebagai energi; bermacam tingkatan minyak bahan bakar dan bensin. Pengolahan juga memproduksi bahan kimia lain, beberapa diantaranya digunakan dalam proses kimia untuk membuat plastik dan bahan berguna lainnya. Sejak minyak Bumi sering berisi beberapa persen sulfur, sejumlah besar sulfur juga sering diproduksi sebagai produk minyak Bumi. Hidrogen dan karbon dalam bentuk arang minyak Bumi juga dapat diproduksi sebagai produk minyak Bumi. Produk hidrogen sering digunakan sebagai produk perantara untuk proses pengolahan minyak lainnya seperti pemecahan katalitis hidrogen (pemecahan hidro) dan hidrodesulfurisasi.
3.1.1 LPG (Liquified Natural Gas) dan LPG (Liquified Petroleum Gas)
Bahan baker gas biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan indusri.
Elpiji, LPG (liquified petroleum gas,harfiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal darigas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana Description: c3h8dan butana Description: c4h10. Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana Description: c2h6dan pentana Description: c5h12
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55°C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propane dan elpiji butana.
1. Sifat LPG
Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
·                      Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
·                     Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
·                     Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
·                      Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
·                Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
2.      Penggunaan elpiji
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).
3.      Bahaya elpiji
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Maka Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih besar.
3.1.2 Bahan Bakar Penerbangan
Bahan bakar penerbangan salah satunya avtur yang digunakan sebagai bahan bakar persawat terbang.
AVTUR Avtur (Aviation Turbine) merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah. Avtur memiliki titik beku (freeze point) maksimum -47°C dan titik nyala (flash point) minimum 38°C (100° F). Avtur biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi serta sifat-sifat lainnya. Avtur memiliki sifat yang menyerupai kerosin karena memiliki rentang panjang rantai C yang sama. Komponen-komponen kerosin dan avtur terutama adalah senyawa-senyawa hidrokarbon parafinik (CnH2n+2) dan monoolefinik (CnH2n) atau naftenik (sikloalkan, CnH2n) dalam rentang C10 – C15. B.
Di samping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang, bahan bakar penerbangan juga berfungsi sebagai cairan hidrolik di dalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet-yakni tipe kerosene (minyak tanah), yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil di seluruh dunia.
       Memiliki karakteristik anti-knock yang ditunjukkan oleh bilangan oktan untuk nilai di bawah 100 dan juga capaian performa di atas 100. Tingkat/grade AVGAS pada prinsipnya ditentukan oleh nilai oktan yang mengindikasikan tingkat performa/kinerja bahan bakar. AVGAS memiliki sifat sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar pada temperatur normal.
3.1.3 Bensin
1. Pengertian Bensin
Bensin, atau Petrol (biasa disebut gasoline di Amerika Serikat dan Kanada) adalah cairan bening, agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Bensin dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya yang dapat melarutkan cat. Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. Kadang-kadang, bensin juga dicampur dengan etanol sebagai bahan bakar alternatif. bensin sudah mejadi kebutuhan pokok masyarakat dunia yang semakin dinamis.
Karena merupakan campuran berbagai bahan, daya bakar bensin berbeda-beda menurut komposisinya. Ukuran daya bakar ini dapat dilihat dari Oktan setiap campuran.
2. Sifat Kimia Bensin
Bensin merupakan bahan bakar tak terbarukan yang terbuat dari minyak bumi. Terbentuk dari sisa-sisa tanaman dan binatang (diatom) yang hidup ratusan juta yang disebut fosil. Sisa-sisa jasad renik inilah kemudian ditutupi lapisan sedimen dari waktu ke waktu.
Tekanan ekstrim dan suhu tinggi selama jutaan tahun, sisa organisme ini akan menjadi campuran hidrokarbon cair (senyawa kimia organik dari hidrogen dan karbon) yang kita sebut sebagai minyak mentah. Kilang memecah hidrokarbon ini menjadi produk yang berbeda. Pemilahan produknya ini termasuk diantaranya bensin, solar, residu, dan produk sejenis.
Sebagaimana sifat kimiawi tetap dari bensin itu sendiri bahwa pada saat bensin meninggalkan kilang minyak ( Refinery ) maka bensin tersebut mengalami perubahan, yaitu penurunan ( degradasi ) kualitas dan kehilangan energy potensialnya – yang disebabkan oleh proses oksidasi dan pertumbuhan mikroorganisme.
Dengan masa penyimpanan yang lama dan pengaruh lingkungan maka bensin berubah menjadi pernis yang mengental. Bensin yang kualitasnya turun menimbulkan masalah serius pada kendaraan.
3.         Analisis kimia dan produksi
Bensin diproduksi di kilang minyak. Material yang dipisahkan dari minyak mentah lewat distilasi, belum dapat memenuhi standar bahan bakar untuk mesin-mesin modern. Material ini nantinya akan menjadi campuran hasil akhir.
Semua bensin terdiri dari hidrokarbon, dengan atom karbon berjumlah antara 4 sampai 12 (biasanya disebut C4 sampai C12).
4.         Cara Kerja Bensin dalam Mesin
Bensin bekerja di dalam mesin pembakaran yang ditemukan oleh Nikolaus Otto. Mesin pembakaran dikenal pula dengan nama Mesin Otto. Cara kerja bensin di dalam mesin pembakaran:
·            Bensin dari tangki masuk ke dalam karburator. Kemudian bercampur dengan udara. Di era modern Peran karburator digantikan oleh sistem injeksi. Sebuah sistem pembakaran baru yang bisa meminimalisir emisi gas buang kendaraan.
·   Campuran bensin dan udara kemudian dimasukkan ke dalam ruang bakar.
·       Selanjutnya, campuran bensin dan udara yang sudah berbentuk gas, ditekan oleh piston hingga mencapai volume yang sangat kecil.
·   Gas ini kemudian dibakar oleh percikan api dari busi.
·       Hasil pembakaran inilah yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kendaraan.
Dalam kenyataannya, pembakaran gas di dalam mesin tidak berjalan dengan sempurna. Masalah yang sering muncul adalah “ketukan di dalam mesin”, atau disebut sebagai “mesin ngelitik” atau knocking. Knocking menyebabkan kerusakan mesin. Knocking terjadi karena campuran udara dan bahan bakar terbakar secara spontan karena tekanan tinggi di dalam mesin, bukan karena percikan api dari busi.
Penyebab knocking ada beberapa macam, yaitu:
·   Pemakaian bensin yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.
·   Ruang bakar sudah kotor dan berkerak.
·   Penyetelan pengapian yang kurang tepat.
5.         Nama Produk Bensin
Bensin memiliki berbagai nama, tergantung pada produsen dan Oktan. Beberapa jenis bensin yang dikenal di Indonesia diantaranya:
·                      Premium, produksi Pertamina memiliki Oktan 88.
·                      Pertamax, produksi Pertamina memiliki Oktan 92.
·                     Pertamax Plus, produksi Pertamina memiliki Oktan 95.
·                     Pertamax Racing, produksi Pertamina memiliki Oktan 100. Khusus untuk kebutuhan balap mobil.
·                      Primax 92, produksi Petronas memiliki Oktan 92.
·                      Primax 95, produksi Petronas memiliki Oktan 95.
·                      Super 92, produksi Shell memiliki Oktan 92.
·                      Super Extra 95, produksi Shell  memiliki Oktan 95.
·                      Performance 92, produksi Total memiliki Oktan 92.
·                      Performance 95, produksi Total memiliki Oktan 95.
6.         Cara Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
Untuk merubah bilangan oktan menjadi lebih tinggi, dapat dilakukan dengan menambah zat aditif, seperti tetraetillead (TEL) atau Pb(C2H5)4 dan TML (Tetra Methyl Lead) atau MTBE (metil tersier butil eter). Penambahan 6 mL TEL ke dalam satu galon bensin dapat meningkatkan bilangan oktan antara 15–20 satuan. Namun demikian TEL dan TML  memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan emisi bahan bakar yang membahayakan kesehatan manusia. MTBE mudah laruh dalam air dan bersifat karsinogenik (zat penyebab penyakit kanker). Jika  tercecer ke tanah dapat mencemari air tanah dan membahayakan kesehatan manusia
Semakin tinggi bilangan oktan, maka bahan bakar bensin akan menjadi relatif sulit terbakar secara spotan, atau sulit terbakar dengan sendirinya. Istilah pembakaran Spontan merujuk pada keadaan dimana bensin terbakar bukan karena percikan api dari busi, namun terbakar akibat terjadinya perubahan tekanan dan temperatur ketika proses kompresi oleh piston.
Kompresi oleh piston menyebabkan volume ruang bakar mengecil, akibatnya tekanan dan temperatur menjadi naik. Kenaikan Tekanan dan temperatur ini dapat menyebabkan bahan bakar bensin terbakar secara spontan.
 Secara umum dapat dikatakan bahwa mesin yang memiliki compression ratio tinggi, mensyaratkan bahan bakar bensin yang memiliki bilangan oktan tinggi.
7.         Kegunaan bensin
Bensin biasanya digunakan sebagai :
Bahan bakar motor
Sebagai bahan bakar motor ada beberapa sifat yang diperhatikan untuk menentukan baik atau tidaknya bensin tersebut.
·                      Keadaan terbang (titik embun)
Gangguan yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas didalam karburator dari sebuah motor yang disebabkan oleh adanya kadar yang terlalu tinggi dari fraksi-fraksi yang sangat ringan dalam bensin. Hal ini terutama disebabkan oleh terlalu banyaknya propana dan butana yang berasal dari bensin. Gelembung gelembung gas yang terdapat dalam keadaan tertentu dapat menutup lubang-lubang perecik yang sempit dan pengisian bensin akan terhenti.
·                      Kecendrungan mengetok (knocking)
Ketika rasio tekanan dari motor relatif tinggi, pembakaran bisa menyebabkan peletusan (peledakan) didalam silinder, sehingga :
- Timbulnya kebisingan knock
- Kekuatan berkurang
- Menyebabkan kerusakan mesin
·                      Keadaan “damar” dan stabilitas penyimpanan
Damar dapat terbentuk karena adanya alkena-alkena yang mempunyai satu ikatan ganda sehingga berpotensi untuk berpolirherisasi membentuk molekul – molekul yang lebih besar. Pembentukan damar ini dipercepat oleh adanya zat asam di udara, seperti peroksiden. Kerugian yang disebabkan oleh pembentukan damar ini antara lain :
·                     Bahan ini menempel pada tempat dalam motor, antara lain saluran- saluran gas dan pada kutub yang dapat mengakibatkan kerusakan motor.
·                     Menurunkan bilangan oktan karena hilangnya alkena-alkena dari bensin.
·                     Pembentukan damar dapat dicegah dengan penambahan senyawa-senyawa dari tipe poliphenol dan aminophenol, seperti hidroquinon dan p-aminophen.
·                      Titik beku
Jika dalam bensin terdapat prosentasi yang tinggi dari aromatik-aromatik tertentu maka pada waktu pendinginan, aromatic\ akan mengkristal mengakibatkan tertutupnya lubang-lubang alai penyemprotan dalam karburator. Titik beku ini terutama dipengaruhi oleh benzen (titik beku benzen murni ± 5ºC).
·                      Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah :
- Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
- Mengakibatkan korosi dari bagian-bagi
3.1.4 Minyak Tanah ( Kerosin )
Kerosin (minyak tanah), biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking. Minyak tanah (bahasa Inggris: keroseneatauparaffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150°C and 275°C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (κερωσ, wax ). Dari website Pertamina diketahui bahwa minyak tanah memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah dibandingkan solar (minyak tanah 0.2 wt% sedangkan solar 0.5 wt%). Kerosin (Minyak Tanah ) Rentang rantai karbon : C12 sampai C20 Trayek didih : 85 sampai 105°C d.
Sifat bakar nyala kerosin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
·            Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena apinya mulai berarang.
·            Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
·            Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.
Pemakaian terpenting dari kerosin antara lain:
1.        Minyak Lampu. Minyak tanah dalam lampu mengalir ke sumbu karena adanya gaya kapiler dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu. Aliran kerosin tergantung pada kekentalan yaitu jika minyak cair kental dan lampu mempunyai tinggi naik yang besar maka api akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang (hangus) karena kekurangan minyak.
2.              Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak
3.             Bahan bakar motor. Motor berbahan bakar kerosin selain memiliki sebuah karburator juga mempunyai alat penguap untuk kerosin. Motor ini jalannya dimulai dengan bensin dan dilanjutkan dengan kerosin kalau alat penguap sudah cukup panas. Motor ini akan berjalan dengan baik bila kadar aromatik di dalam bensin tinggi.
4.             Kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa.
5.             Bahan pelarut untuk insektisida Bubuk serangga dibuat dari bunga Chrysant (Pyerlhrum cinerarieotollum) yang telah dikeringkan dan dihaluskan, sebagai bahan pelarut digunakan kerosin. Untuk keperluan ini 2 kerosin harus mempunyai bau yang enak atau biasanya obat semprot itu mengandung bahan pengharum.
3.1.5 Solar atau Minyak Diesel
1. Pengertian solar
    Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340°C, sebagai bahan bakar mesin diesel. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali. Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana.
    Angka setana adalah tolak ukur kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
• Kegunaan Minyak Solar antara lain:
-Digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor .
-Memproduksi uap                                                       
-Mencairkan hasil peridustrian
-Membakar batu
-Mengerjakan panas dari logam
2. Sifat utama dari bahan bakar diesel / solar
    Bahan bakar diesel biasa juga disebut light oil atau solar, adalah suatu campuran dari hydrocarbon yang telah di distilasi setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200 sampai340. Sebagian besar solar digunakan untuk menggerkkan mesin diesel. Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama , yaitu :
*   Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau.      
*   Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal.      
*   Mempunyai titik nyala tinggi (40 C-100 C).      
*  Terbakar spontan pada 350, sedikit dibawah temperatur bensin yangterbakar sendiri sekitar .     
*   Mempunyai berat jenis 0,82-0,86.   
*   Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg).     
*   Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin.
*   Memiliki rantai Hidrokarbon C14 s/d C18.
3. Syarat-syarat Kualitas solar yang diperlukan sebagai berikut.
a. Mudah terbakar
b. Solar harus dapat memungkinkan engine bekerja lembut dengan sedikit knocking.
c. Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku)
    Solar harus tetap cair pada temperatur rendah sehingga engine akan mudah dihidupkan dan berputar lembut.
d. Daya Pelumasan
    Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nosel Oleh karena itu harus mempunyai sifat daya pelumas yang baik.
e. Kekentalan Solar
    solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat disemprotkan oleh injektor.
f. Kandungan Sulfur
    Sulfur merusak pemakaian komponen engine, dan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin.
g. Stabil
    Tidak berubah dalam kualitas, tidak mudah larut selama disimpan.
4. Nomor Cetane(Cetane Number)
    Nomor cetane atau tingkatan dari solar adalah satu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk pencegah terjadinya knocking. Tingkatan yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih baik. Ada dua skala indek untuk mengontrol kemampuan solar untuk mencegah knocking dan mudah terbakar yaitu cetane index dan diesel index. Minimal tingkatan cetane yang dapat diterima untuk bahan bakar yang digunakan untuk engine diesel kecepatan tinggi umumnya 40-45. Oleh karena, itu engine diesel perbandingan kompresinya (15:1-22:1) lebih tinggi daripada engine bensin(6:1-12:1) dan juga engine diesel dibuat dengan kontruksi yang jauh lebih kuat dari pada engine bensin.
5. Perbedaan Bahan Bakar Untuk Mesin Diesel Dengan Mesin Besin
Perbedaan antara bahan bakar diesel dengan bahan bakar bensin yang nyata adalah terletak pada proses pembakaran bahan bakar. Maka dari itu,untuk sebuah mesin kendaraan atau alat berat yang beroperasi dengan menggunakan tenaga diesel, pasti membutuhkan bahan bakar diesel yang kandungannya tersebut harus disesuaikan dengan jenis kendaraan atau apapun itu yang penting menggunakan mesin diesel. Pada mesin bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug), sedangkan pada mesin diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala.
6. Jenis- Jenis Bahan Bakar Mesin Diesel
Untuk jenis bahan bakar untuk mesin diesel mempunyai beberapa jenis dan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk mesin diesel yang digunakan. Jenis bahan bakar untuk mesin diesel dibedakan menjadi sebagai berikut :
a.Minyak Solar (HSD)
High Speed Diesel (HSD) merupakan bahan bakar jenis solar untuk mesin tenaga diesel yang memiliki angka performa cetane number 45. Mesin diesel yang umum menggunakan bahan bakar ini  mengadopsi sistem injeksi pompa mekanik dan elektronik injeksi. Jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor untuk trasportasi dan mesin industri.
b.             Minyak Diesel (MDF)
Minyak diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Pada umumnya minyak diesel memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh mesin diesel berkecepatan sedang di sektor industri.
c.              Minyak Bakar (MFO)
Minyak bakar atau marine fuel oil bukan merupakan hasil destilasi (pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya) tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel.
d.             Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang cukup baik sebagai sumber bahan bakar pengganti karena dapat terbarukan (renewable). Bahan ini adalah hasil reaksi asam lemak dengan metil alkohol membentuk senyawa metil ester. Biodiesel merupakan bahan bakar yang tidak beracun, karena lebih mudah diurai secara alami, menghasilkan karbon monoksida dan hidrokarbon yang relatif rendah.
e.Diesel Performa Tinggi
bakar mesin diesel modern yang memiliki cetane number 53 dan memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm. Jenis bahan bakar ini direkomendasikan untuk mesin diesel dengan sistem injeksi coomonrail. Sistem common rail adalah sebuah tube bercabang dengan katup injektor yang dikendalikan oleh komputer.
3.1.6 Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.
3.1.7 Lilin ( Parafin )
parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkan dengan formula CnH2n+2. Lilin parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40.
Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam temperatur ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada temperatur ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul terberat mulai C20H42 hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach tahun 1830.[1]
Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk sebuah alkan pada umumnya, tapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada satu linear, atau alkan normal - dimana bercabang, atau isoalkan juga disebut isoparafin. Berbeda dari bahan bakar yang dikenal di Britania dan Afrika Selatan sebagai minyak parafin atau hanya parafin, yang disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS, Australia dan Selandia Baru.
3.1.8 Aspal atau Bitumen
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar).
3.1.9 Petrokimia
Minyak bumi selain sebagai bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan atau produk yang terbuat dari bahan dasarnya minyak dan gas bumi disebut petrokimia. Bahan-bahan petrokimia dapat digolongkan: plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, berbagai jenis obat dan vitamin.
3.1.9.1 Bahan Dasar Petrokimia
Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:
1.             Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia
2.              Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, dan
3.             Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan.
Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan dasar yaitu:
1.              Olefin (alkena-alkena)
Olefin yang terpenting adalah etena (etilina), propena (propilena), butena (butilena) dan butadiena.
CH2 = CH2                                                        CH2 = CH -CH3
Etilena                                                                         propilena
CH3 – CH = CH – CH3                           CH2 = CH – CH = CH2
Butilena                                                           butadiena
2. Aromatika (benzena dan turunannya)
Aromatika yang terpenting adalah benzena (C6H6), totuena (C6H5CH3) dan xilena (C6H4 (CH3)2
3. Gas Sintesis
Gas sintetis disebut juga syn-gas yang merupakan campuran karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Syn-gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang disebut stean reforming atau oksidasi parsial.
Reaksi stean reforming :    CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial :    2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g)
3.1.9.2  Petrokimia dari Olefin
Berikut ini beberapa petrokimia dari olefin dengan bahan dasar etilena:
1.     Polietilena
Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi yang digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus/sampah.
2. PVC
PVC adalah polivinilkiorida yang merupakan plastik untuk pembuat pipa (pralon).
3. Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari-hari kita kenal sebagai alkohol yang digunakan untuk bahan bakar atau bahan antar produk lain.
Alkohol dibuat dari etilena:
CH2 = CH2 + H2O → CH3 – CH2OH
4. Etilen glikol atau Glikol
Glikol digunakan sebagai bahan anti beku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin.
Description: capture-20130217-155919
3.1.9.3  Petrokimia dari Aromatik
Bahan dasar aromatik yang terpenting adalah benzena, toluena, dan xilena (BTX). Bahan dasar benzena umumnya diubah menjadi stirena, kumena dan sikloheksana
1.               Stirena digunakan untuk membuat karet sinetik
2.                  Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol untuk membuat perekat
3.                  Sikloheksana digunakan terutama untuk membuat nylon
4.                  Benzena digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat detergen. Bahan dasar untuk toluena dan xilena untuk membuat bahan peledak (TNT), asam tereftalat (bahan pembuat serat).
3.1.9.4   Petrokimia dan gas-sinetik
Gas sinetik merupakan campuran dari karbon monoksida dan hidrogen. Beberapa contoh petrokimia dari syn-gas sebagai berikut:
1.     Amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Gas nitrogen dari udara dan gas hidrogennya dari syn-gas. Amonia digunakan untuk membuat pupuk [CO(NH2)2] urea, [(NH4)2SO4]; pupuk ZA dan (NH4NO3); amonium nitrat.
2.  Urea [CO(NH2)2]
CO2(g) + 2NH3(g) → NH2COH4(S)
NH2CONH4(S) → CO(NH2)2(S) + H2O(g)
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme.
3.  Metanol (CH3OH)
CO(g) + 2H3(g) → CH3OH(g)
Sebagian besar metanol diubah menjadi formal-dehida dan sebagian digunakan untuk membuat serat dan campuran bahan bakar.
4.   Formal dehida (HCHO)
CH3OH(g) → HCHO(g) + H2(g)
Formal dehida dalam air dikenal dengan formalin yang digunakan mengawetkan preparat biologi.
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.
3.2 Dampak Minyak Bumi Dalam Kehidupan
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadang-kadang mengasilkan partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada tubuh manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.
3.2.1 Dampak terhadap lingkungan
 Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem transportasi yang tidak "sustainable" dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu dampak terhadap lingkungan udara dan dampak terhadap lingkungan air.
 Kualitas udara perkotaan sangat menurun akibat tingginya aktivitas transportasi. Dampak yang timbul meliputi meningkatnya konsentrasi pencemar konservatif yang meliputi: · Karbon monoksida (CO) · Oksida sulfur (SOx) · Oksida nitrogen (NOx) · Hidrokarbon (HC) · Timbal (Pb) · Ozon perkotaan (O3) ·
Kegiatan transportasi memberikan dampak terhadap lingkungan air melalui air buangan dari jalan raya. Air yang terbuang terbawa oleh air hujan, mengandung bocoran bahan bakar dan larutan dari pencemar udara yang tercampur dengan air tersebut.
3.2.2 Dampak terhadap kesehatan
  Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan telah mengakibatkan tingginya kadar timbal dalam darah.
3.2.3 Dampak terhadap ekonomi
 Dampak terhadap ekonomi akan semakin bertambah dengan terjadinya kemacetan dan tingginya waktu yang dihabiskan. Akibatnya waktu kerja semakin menurun dan akibatnya produktivitas juga berkurang.
3.2.4 Polusi Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil
1. Sumber Bahan Pencemaran
a.    Pembakaran Tidak Sempurna
b.    Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar (hidroksida).
c.    Pengotor dalam Bahan Bakar
d. Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida belerang (SO2 atau SO3).
e.    Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar
f. Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.
2. Asap Buang Kendaraan Bermotor
a. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Gas karbon dioksida tergolong gas rumah kaca, kadar gas karbon dioksida di udara mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi.
b. Gas Karbon Monoksida (CO)
   Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + Hb → COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb

      Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas karbon monoksida.
CO + O2Hb → COHb + O2

    Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen bagi tubuh.
 Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot.
c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
    Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran pernapasan, membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut dalam air hujan dan menyebabkan terjadi hujan asam.
d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
   Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
e. Partikel Timah Hitam
   Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan hati.
3. Pengubah Katalitik
Untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik, karbon monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan gasnitrogen.
     katalis
2CO(g) + 2NO(g) → 2CO2(g) + N2(g)
Hidrokarbon  dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air. Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa timbel.
4.Efek Rumah Kaca
Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi menahan radiasi inframerah. Sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang dipancarkan permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata 15˚C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan sekitar –25˚C.  Peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai macam kerugian.
5. Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara, membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Asam Karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq) ( Asam Sulfit )
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq) ( Asam Sulfat )
2NO2(g) + H2O(l) → HNO2(aq) + HNO3(aq) (Asam Nitrit Asam Nitrat )
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam                                                                                
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen














BAB IV
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium karbida, CaC2 (dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang menghasilkan asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Minyak bumi selain bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia.
Produk hasil pengolahan minyak bumi antara lain : Bahan bakar, napta, gasoline, kerosin, minyak solar, minyak pelumas dan residu.
Dampak yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadang-kadang mengasilkan partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada tubuh manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.

3.2  Saran
Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita harus berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis. Dan penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan alam sekitarnya



















DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo, Unggul. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk Sma Kelas 1b/X Semester 2. Jakarta : Erlangga
Utami, Budi. 2009. Kimia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
http://www.slideshare.net/firdikaarini/minyak-bumi-dan-gas-alam-29834836,                     ( 27 Agustus 2014 )
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/06/minyak-bumi-artikel-lengkap.html,                    ( 27 Agustus 2014 )
http://rinitharini.blogspot.com/2012/07/makalah-kimia-minyak-bumi.html                            ( 28 Agustus 2014 )
http://fauzyghol.wordpress.com/2012/11/25/makalah-minyak-bumi/,                                    ( 29 Agustus 2014 )
http://www.slideshare.net/firdikaarini/minyak-bumi-dan-gas-alam-29834836,                     ( 30 Agustus 2014 )
http://rajinbelajar.net/search/contoh+makalah+tentang+bensin, ( 1 September 2014 )
http://ahmadkhairun.blogspot.com/2013/05/makalah-tentang-bensin.html                            ( 3 September 2014 )
LAMPIRAN

Description: http://www.acehindependent.com/wp-content/uploads/2014/06/pengeboran-chevron.jpg
Penambangan Lepas Pantai
Description: https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSd9II2YWceh3eu9JkRHo-aohI5PbfZ8qbPsHyHANngwEc5oqEj_A
Alat Pengeboran Minyak
Description: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT1FoDs-16J2Nq6MwTpE23T11owJsmNkRv9LZLdLU94gFWdWn7dyA
Pengolahan Minyak Mentah

Description: http://bimg.antaranews.com/sumsel/2012/11/ori/20121119sedot-minyak-tumpah-2--feny.jpg
Minyak Mentah Sebelum Di Olah
Description: http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/pengeboran_sumur_minyak_bumi_110120091200.jpg
Proses Pengeboran Untuk Mendapatkan Minyak

Description: https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQYUqlsShwRAARzL-lE-aYc932QWJgG3zIxjojEIfVOzK7_fycJ
Proses Pengeboran Minyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar