HASIL PRODUK SERTA DAMPAK DARI PENGOLAHAN MINYAK BUMI
Karya
tulis ini disusun dan diajukan guna melengkapi atau memenuhi salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) di SMA
Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Disusun Oleh :
Nama : Mas
Muhammad Luqman Imam Al As’ari
Kelas : XII IPA 1
NIS :
01901
SEKOLAH MENENGAH ATAS AL
ISLAM 1 SURAKARTA
2014
PENGESAHAN
Telah
diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah SMA AL-ISLAM 1 Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015.
hari : ………………….
tanggal : ………………….
Kepala Sekolah
Pembimbing
Drs. Abdul Halim Sukarno, S.Ag
NIP. 19600917 198703 1
008
MOTTO
“Man Jadda Wa Jada”
"Genius bukanlah seseorang yang memiliki IQ jauh di
atas rata-rata, tetapi genius adalah Expert atau para ahli di bidangnya"
"Waktu
Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan hidup orang lain. Jangan terperangkap
dengan dogma – yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain.
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis
persembahkan kepada
1.
Kedua orang tua penulis tercinta yang
telah memberi semangat serta
dukungan untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
2.
Teman-teman di kelas XII IPA I, yang telah memberikan pelajaran hidup
pada penulis.
3.
Pembaca yang semoga diberkahi oleh Allah SWT.
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, puji syukur tak
henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan karya tulis yang berjudul Hasil Produk Serta
Dampak Dari Pengolahan Minyak Bumi, bertujuan untuk memenuhi sebagian dari
syarat- syarat mengikuti Ujian Nasional serta Ujian Akhir Sekolah SMA Al-Islam
1 Surakarta tahun ajaran 2014 / 2015.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan, maupun bimbingan dari
berbagai pihak maka terasa berat
dan sulit dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs.
Abdul Halim selaku Kepala SMA Al-Islam
1 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan karya tulis ini.
2. Bapak Sukarno, S.Ag selaku pembimbing penulisan karya tulis yang selalu setia memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis.
3. Ibu Dra. Nur
Fatkhiyah Hidayati selaku wali kelas XII IPA I yang selalu
membimbing
dan memberi motivasi pada penulis hingga saat ini.
4. Bapak/Ibu
guru yang telah bersedia membantu demi lancarnya pembuatan karya tulis ini.
5. Petugas
perpustakaan yang telah memberikan referensi tentang karya tulis
6. Semua
pihak yang turut membantu penyelesaian karya tulis ini.
Penulis
menyadari bahwa karya
tulis ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sekiranya dapat digunakan penulis sebagai masukan dan perbaikan. Semoga karya
tulis ini memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN ....................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv
KATA
PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1
Latar
Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2
Rumusan
Masalah ........................................................................... 2
1.3
Tujuan
Penulisan ............................................................................ 2
1.4
Metode Pengumpulan
Data ............................................................. 3
1.5
Sistematika
Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN MINYAK BUMI SECARA UMUM .................... 5
2.1.
Minyak Bumi Arti Luas .............................................................. 5
2.1.1. Sejarah
Minyak Bumi ......................................................... 8
2.1.2. Asal
Usul Minyak Bumi ..................................................... 12
2.2.
Pembentukan Minyak Bumi ........................................................ 12
2.3.
Komposisi Minyak Bumi ............................................................. 19
2.3.1.
Senyawa Hidrokarbon ....................................................... 21
2.3.2. Senyawa Non Hidrokarbon ................................................ 23
2.4.
Cara Pengolahan Minyak Bumi ................................................... 20
2.4.1. Destilasi .............................................................................. 27
2.4.2.
Cracking ............................................................................. 30
2.4.3.
Reforming ........................................................................... 32
2.4.4.
Alkilasi ................................................................................ 33
2.4.5. Treating ............................................................................... 33
BAB III HASIL PENGOLAHAN SERTA DAMPAK MINYAK BUMI 39
3.1
Hasil Produk Pengolahan Minyak Bumi ...................................... 39
3.1.1 LPG....................................................................................... 40
3.1.2 Bahan Bakar
Penerbangan ................................................... 42
3.1.3 Bensin .................................................................................. 43
3.1.4 Minyak Tanah (
Kerosin ) .................................................... 52
3.1.5
solar ...................................................................................... 54
3.1.6.
Pelumas ............................................................................... 61
3.1.7.
Lilin ..................................................................................... 61
3.1.8.
Aspal atau Bitumen ............................................................. 62
3.1.9.
Petrokimia ........................................................................... 63
3.2
Dampak Minyak Bumi Dalam Kehidupan ................................... 36
3.2.1 Dampak
terhadap lingkungan .............................................. 70
3.2.2 Dampak
terhadap kesehatan................................................. 70
3.2.3 Dampak
terhadap ekonomi .................................................. 71
3.2.4 Polusi
Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil .......... 71
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 78
3.1
Kesimpulan ................................................................................... 78
3.2
Saran ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
LAMPIRAN
.................................................................................................. .... 81
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlu
kita ketahui lebih dalam bahwa sumber energi yang banyak digunakan untuk
memasak, kendaraan bermotor dan industri berasal dari minyak bumi, gas alam,
dan batubara. Ketiga jenis bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan
sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi dan gas
alam berasal dari jasad renik, tumbuhan dan hewan yang mati.
Sisa-sisa
organisme itu mengendap di dasar bumi kemudian ditutupi lumpur. Lumpur tersebut
lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya.
Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan
sisa-sisa jasad renik itu menjadi minyak dan gas. Selain bahan bakar, minyak
dan gas bumi merupakan bahan industri yang penting. Bahan-bahan atau produk
yang dibuat dari minyak dan gas bumi ini disebut petrokimia. Baru-baru ini
puluhan ribu jenis bahan petrokimia tersebut dapat digolongkan ke dalam
plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk,
dan berbagai jenis obat.
Minyak
bumi dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon. Rantai karbon yang menyusun
minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang beragam dan tentunya dengan sifat
dan karakteristik masing-masing. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi
inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya bagi minyak bumi itu sendiri pada
pengolahannya. Hal ini juga yang akan mempengaruhi produk yang dihasilkan dari
pengolahan minyak tersebut.
Pengetahuan
tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui, mengingat
minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui. Sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita sehari-hari
cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan penting atau menguasai hajat
hidup orang banyak. Sebagai contoh minyak bumi dan gas alam digunakan sebagai
sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor, dan
industri.
Oleh karena
itu, kita juga harus melakukan penghematan dalam penggunaan minyak bumi dan gas
alam tersebut. Maka sudah sepantasnya apabila sebagai generasi penerus bangsa, kita juga
harus memikirkan bahan bakar alternatif apa yang dapat digunakan untuk menggantikan
bahan bakar fosil ini, jika suatu saat nanti bahan bakar ini habis.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah minyak bumi itu ?
2.
Bagaimana proses pembentukan minyak bumi ?
3.
Apa saja komposisi yang terkandung dalam minyak bumi
?
4.
Bagaimana cara pengolahan minyak bumi ?
5.
Apa saja hasil atau produk dari pengolahan minyak
bumi ?
6.
Apa saja kegunaan atau manfaat yang terkandung dari
hasil produk minyak bumi ?
7.
Bagaiman dampak yang
ditimbulkan dari hasil produk dan pengolahan minyak bumi dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
1. Dapat
mengetahui dan mendalami pengetahuan tentang minyak bumi.
2. Memberi pengetahuan kepada
pembaca mengenai proses pembentukan minyak bumi.
3. Dapat mengetahui
komposisi yang terkandung dalam minyak
bumi.
4. Dapat mengetahui
cara pengolahan minyak bumi.
5. Dapat
mengetahui hasil pengolahan dari minyak bumi.
6. Dapat
mengetahui manfaat serta kegunaan minyak bumi bagi kehidupan manusia.
7. Dapat
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pembakaran minyak bumi yang tidak
sempurna.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode literatur atau
kepustakaan, yakni menyelidiki dan mencari data dengan jalan membaca, serta mencari data melalui media elektronik
dan internet. Sumber dari internet tersebut disajikan sebagai data
pembanding, pendukung dan landasan teori.
1.5 Sistematika
Penulisan
Karya tulis ini dibahas dalam empat bab utama, yaitu
Bab
I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Metode Pengumpulan Data
1.5
Sistematika Penulisan
Bab
II Pembahasan Minyak Bumi Secara Umum
2.1 Minyak Bumi Arti
Luas
2.2 Pembentukan
Minyak Bumi
2.3 Komposisi Minyak
Bumi
2.4 Cara Pengolahan
Minyak Bumi
Bab III Hasil Produk Serta Dampak Minyak Bumi
3.1 Hasil Produk
Pengolahan Minyak Bumi
3.2 Dampak Minyak
Bumi Dalam Kehidupan
Bab
IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN
MINYAK BUMI SECARA UMUM
2.1 Minyak Bumi
Minyak
bumi (bahasa
Inggris: petroleum, dari bahasa
Latin petrus – karang dan oleum –
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental,
berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di
lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks
dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan,
komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur
minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi
sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi,
analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi
lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak
dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan
bakar, mulai dari bensin dan minyak
tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan
untuk membuat plastik dan
obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan
material yang dibutuhkan manusia.
Minyak
Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang
paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun
bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti
aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing, yang
diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas.
Alkana, juga
disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai lurus atau
bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen dengan
rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi
mengandung 5 sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan
jumlah karbon lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran
tersebut.
Alkana
dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18)
akan disuling menjadi bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20)
sampai heksadekana (C16H34) akan disuling menjadi diesel,
kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon 16 atau lebih akan
disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon lebih besar
lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal mempunyai atom
karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 4 akan
berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim
dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran
pada bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala
pada musim dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok.
Di beberapa negara, propana (C3H8) dapat dicairkan
dibawah tekanan sedang, dan digunakan masyarakat sebagai bahan bakar
transportasi maupun memasak.
Sikloalkana, juga
dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum CnH2n.
Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik
didih yang lebih tinggi.
Hidrokarbon
aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang
memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena,
dimana atom hidrogen akan berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn.
Hidrokarbon seperti ini jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat.
Beberapa bersifat karsinogenik.
Semua
jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional
di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet,
kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana
(isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia
C8H18 dan bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:
2 C8H18(l)
+ 25 O2(g) → 16 CO2(g) +
18 H2O(g) + 10.86 MJ/mol (oktana)
Jumlah
dari masing-masing molekul pada minyak Bumi dapat diteliti di laboratorium.
Molekul-molekul ini biasanya akan diekstrak di sebuah pelarut, kemudian akan
dipisahkan di kromatografi gas, dan kemudian bisa dideteksi dengan detektor
yang cocok.
Pembakaran
yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya akan
menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen
yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan tekanan
yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang yang dihasilkan oleh mesin
biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat menimbulkan asbut.
2.1.1
Sejarah Minyak Bumi
Saat
ini, sejumlah besar ilmuwan secara umum berpendapat bahwa minyak bumi adalah
makhluk hidup purbakala yang di bawah tekanan suhu tinggi dan setelah melalui
proses pengolahan dalam jangka waktu yang panjang serta lamban, maka makhluk
hidup zaman purbakala baru berubah menjadi minyak bumi. Namun, yang membuat
para ilmuwan bingung adalah sebenarnya butuh berapa kali organisme prasejarah
dalam skala besar terkumpul dan terkubur, baru bisa menghasilkan minyak bumi
yang sedemikian banyak seperti sekarang ini.
Masalah ini terjawab di majalah Scientist akhir
November 2003. Penulis artikel tersebut yakni Jeffry S. Dukes dari Universitas
Utah, melalui hasil hitungan dari data industri dan geokimia serta biologi yang
ada sekarang: 1 galon minyak bumi Amerika, ternyata membutuhkan 90 ton tumbuhan
purbakala sebagai bahan material, artinya 1 liter minyak bumi berasal dari 23,5
ton tumbuhan purbakala. Lalu berapa tumbuhan yang dapat mencapai 23,5 ton itu?
Hasil hitungan didapati, bahwa itu setara dengan 16.200 meter persegi jumlah
tanaman gandum, termasuk daun, tangkai dan seluruh akarnya.
Mengapa membutuhkan makhluk hidup purbakala
dalam jumlah yang sedemikian besar baru bisa mengubahnya menjadi minyak bumi?
Penyebabnya adalah bahwa minyak bumi harus di bawah tekanan suhu tinggi, dengan
demikian baru bisa menghasilkan minyak bumi, lalu setelah makhluk hidup
purbakala mati, jika penguburan tidak cepat, maka akan lapuk dan terurai
Dilihat dari segi lainnya, data geologi
menunjukkan, bahwa bumi pada zaman purbakala mutlak tidak mungkin lebih besar
ukurannya dibanding bumi saat ini, lagi pula jumlah kandungan oksigen di udara
dan suhu udara pada zaman purbakala kurang lebih 30% lebih tinggi dibanding
bumi saat ini, atau dengan kata lain, kecepatan busuknya makhluk hidup lebih cepat
dibanding sekarang. Seandainya minyak bumi berasal dari jasad makhluk hidup
melalui sirkulasi karbon, maka meskipun bentuk tubuh makhluk hidup purbakala
lebih besar, namun jika rasio penguburan lebih cepat dan skala besar malahan
sangat rendah juga akan sangat sulit, ini adalah yang bisa diketahui dari fosil
dinosaurus yang tidak sempurna dan tidak banyak jumlahnya, yang hanya dapat
kita gali sekarang ini. Sebuah fosil individual dinosaurus yang demikian tidak
mudah untuk disimpan.
Minyak Bumi
telah digunakan oleh manusia sejak zaman kuno, dan sampai saat ini masih
merupakan komoditas yang penting. Minyak Bumi menjadi bahan bakar utama setelah
ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya penerbangan komersial, dan
meningkatnya penggunaan plastik.
Lebih
dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan Diodorus Siculus, aspal telah
digunakan sebagai konstruksi dari tembok dan menara Babylon; ada banyak
lubang-lubang minyak di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang
besar ditemukan di tepi Sungai Issus, salah satu anak sungai dari Sungai
Eufrat. Tablet-tablet dari Kerajaan Persia Kuno menunjukkan bahwa kebutuhan
obat-obatan dan penerangan untuk kalangan menengah-atas menggunakan minyak
Bumi. Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali dengan bambu di
China.
Pada
tahun 1850-an, Ignacy Łukasiewicz menemukan bagaimana proses untuk mendistilasi
minyak tanah dari minyak Bumi, sehingga memberikan alternatif yang lebih murah
daripada harus menggunakan minyak paus. Maka, dengan segera, pemakaian minyak
Bumi untuk keperluan penerangan melonjak drastis di Amerika Utara. Sumur minyak
komersial pertama di dunia yang digali terletak di Polandia pada tahun 1853.
Pengeboran minyak kemudian berkembang sangat cepat di banyak belahan dunia lainnya,
terutama saat Kerajaan Rusia berkuasa. Perusahaan Branobel yang berpusat di
Azerbaijan menguasai produksi minyak dunia pada akhir abad ke-19.
Tiga
negara yang memproduksi minyak terbanyak adalah Arab Saudi, Rusia, dan Amerika
Serikat. Sekitar 80 persen minyak dunia dihasilkan dari Timur Tengah, dengan
62,5 persennya berasal dari Arab 5: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Qatar,
dan Kuwait.
Pada
tahun 1950-an, biaya pengangkutan minyak menggunakan kapal tangker mencapai 33
persen dari harga minyak di teluk Persia, tetapi pada saat pengembangan
supertangker pada tahun 1970-an, biaya pengangkutan menurun menjadi hanya 5
persen.
2.1.2
Asal Usul Minyak Bumi
Asal
Usul Minyak Bumi Minyak bumi dan gas alam diduga berasal dari jasad renik
lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Dugaan
tersebut didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang terdapat dalam bahan
tersebut dengan unsur-unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sisa-sisa
organisme itu mengendap di dasar laut, kemudian ditutupi oleh lumpur yang
lambat laun mengeras karena tekanan lapisan diatasnya sehingga berubah menjadi
batuan. Sementara itu bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa organisme itu
sehingga menjadi minyak bumi dan gas yang terperangkap di antara
lapisan-lapisan kulit bumi. Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini
membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan sepanjang umur kita pun belum cukup
untuk membuat minyak bumi dan gas. Jadi kita harus melakukan penghematan dan
berusaha mencari sumber energi alternative.
2.2 Pembentukan Minyak Bumi
Minyak
bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat
lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami.
Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa
kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses
penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi
dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam
eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil
peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas
menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan
pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan
lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan
membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua.
Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena
tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam
di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan
lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di
dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat
batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang
bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas
alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara
itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat
akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu
pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut
bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi
akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh
batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap
dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum.
Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum
yang artinya minyak.
Daerah
di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut
cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air
tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur
gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya
lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di
suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi
tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak
yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak
diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan
struktur sumber.
Berikut
adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di
laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka
akan terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source
rock). Batuan induk adalah batuan yang mengandung karbon (High
Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di
danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang
menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan
sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka
akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah
batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan
ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk
adalah batuan reservoir atau batuan sarang.
Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang
tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus
tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan
yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas
ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50
sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai
bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena
cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun,
maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan
hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang
telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik
minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah
berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari
air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi
yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas.
Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok
terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
Ketika
minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik,
maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam
sebuah jebakan (trap).
Proses pematangan batuan induk (Source rock)
Untuk
sedikit lebih canggih dalam memahami proses pembentukan migas, dongeng berikut
ini menjelaskan hanya masalah pematangannya.
Seperti
disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya
proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas
dan akhirnya menghasilkan minyak. Tentunya ada donk hubungan antara kedalaman
dengan pematangan ? Ya tentusaja.
Proses
pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya
gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.
Daerah
yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah
yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.
Dalam
gambar diatas ini terlihat bahwa minyak terbentuk pada suhu
antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan
tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah
karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan
penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
2.3 Komposisi Minyak Bumi
Kebanyakan senyawa-senyawa yang
terkandung di dalam minyak dan gas bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai
unsur-unsur utamanya. Senyawa-senyawa
tersebut disebut senyawa hidrokarbon. Selain daripada senyawa-senyawa tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah
yang sedikit yang mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen, dan
nitrogen.
Minyak
mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam yang
terutama terdiri dari karbon dan hidrogen.Teori yang paling umum digunakan
untuk menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source materials”. Teori ini
menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari
zat-zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengendap
selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran senyawa
logam dan mineral serta letak geologis selama proses perubahan tersebut, maka
minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.
Komposisi
minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur penyusunnya adalah sebagai
berikut:
UNSUR
|
%
WT
|
Karbon
|
83 - 87
|
Hidrogen
|
10 - 14
|
Nitrogen
|
0,1 – 2
|
Oksigen
|
0,05 – 1,5
|
Sulfur
|
0,05 - 6
|
Metal
|
0,5 – 5
|
Selain
unsur-unsur diatas terdapat juga unsur-unsur logam seperti vanadium, besi,
nikel, khrom, posfor, dan logam-logam lain yang jumlahnya kurang dari 0,03%
berat. Operasi-operasi pengilangan minyak secara fisis seperti
penguapan, fraksionasi, dan pendinginan dilaksanakan oleh adanya sejumlah besar
penyusun minyak dan gas bumi, sedangkan operasi-operasi kimiawi seperti
pemurnian (treating) dan filtrasi dilaksanakan oleh adanya
senyawa-senyawa sulfur, oksigen, dan nitrogen juga dilakukan oleh adanya
sejumlah kecil senyawa hidrogen reaktif yang mungkin terikat dalam minyak dan
gas bumi.
Di dalam minyak mentah dan gas bumi terdapat beberapa
kelompok senyawa-senyawa hidrokarbon dan masih ada beberapa kelompok senyawa
hidrokarbon yang lain yang dihasilkan oleh proses-proses pengolahan minyak
seperti perengkahan dan hidrogenasi. Diantara minyak dan gas bumi mempunyai
rumus molekul seperti alkana (CnH2n), alkena (CnH2n)
dan alkuna (CnH2n-2).
Berdasarkan
kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan hidrokarbon dan
non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.
2.3.1
Senyawa Hidrokarbon
·
golongan parafinik
·
golongan olefinik
·
golongan naphthenik
·
golongan aromatik
1. Parafin
Parafin
adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh yang sangat
stabil dan berantai
lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4),
etana (C2H6), n-butana (C4H10),
isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana
(2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil
pentana, C8H18) dan lain-lain. Jumlah senyawa yang tergolong ke
dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong
n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin
biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
2. Olefin
Olefin atau disebut
juda dengan etilen adalah
kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n yang mempunyai
ikatan rangkap yang menghubungkan dua atom karbon.Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6),
dan butena (C4H8) dan lain-lain. Contoh : etena, propena/propilena, butena
3. Naften
Naften
adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus
molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naften yang banyak ditemukan
adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom
karbon.Contohnya adalah siklopentana (C5H10) dan
sikloheksana (C6H12), siklohepatana
dan lain-lain. Umumnya,
di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon
yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
4. Aromatik
Aromatik atau sering
disebut senyawa benzene adalah
hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berbentuk cincin atau rantai melingkar.Contohnya benzene (C6H6), fenol, anilin,
dan lain-lain. Minyak
bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromatik yang relatif besar.
2.3.2
Senyawa Non Hidrokarbon
Selain
senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di dalam
minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti :
·
senyawaan sulfur
·
senyawaan nitrogen
·
senyawaan oksigen
·
senyawaan organometal (dalam jumlah kecil/trace
sebagai larutan)
· garam-garam anorganik
(sebagai suspensi koloidal)
Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di
dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat
mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak
bumi.
1.
Belerang (sulfur)
Belerang
terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S),
merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’)
dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki, karena:
a)
Menimbulkan bau tidak sedap dan
sifat korosif pada produk pengolahan.
b)
Mengurangi efektifitas zat-zat
bubuhan pada produk pengolahan.
c)
Meracuni katalis-katalis
perengkahan.
d)
Menyebabkan pencemaran udara (pada
pembakaran bahan bakar minyak senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat
korosif yang membahayakan lingkungan yaitu SO2 dan SO3.
2.
Nitrogen
Senyawa-senyawa
nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-metil piridin (C6H7N)
dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat
basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N)
dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran
pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh
buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.
3. Oksigen
Oksigen
biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat
(2,2,6-trimetil sikloheksan karboksilat, C10H18O2)
dan asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa
oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan
senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
4. Senyawa logam
Minyak
bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan logam yang biasanya
paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium.Logam-logam ini terdapat dalam bentuk garam terlarut dalam air yang
tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam
minyak.Vanadium dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan
minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk
pengolahan.
2.4 Cara Pengolahan
Minyak Bumi
Minyak
bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh
dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui
pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.
Minyak
mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak
mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan
lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar
500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya.
Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat,
dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan
titik didih yang mirip.
Secara
umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:
2.4.1 DISTILASI
Destilasi
adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian
bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka
dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Menara
destilasi
Minyak
mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian
selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada
suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum,
kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi
minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi
parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
lebih dari 20.
Fraksi
minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain
sebagai berikut :
1.
Gas
Rentang rantai
karbon : C1 sampai C5
Trayek didih :
0 sampai 50°C
2.
Gasolin (Bensin)
Rentang rantai
karbon : C6 sampai C11
Trayek didih :
50 sampai 85°C
3.
Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon
: C12 sampai C20
Trayek didih :
85 sampai 105°C
4.
Solar
Rentang rantai
karbon : C21 sampai C30
Trayek didih :
105 sampai 135°C
5.
Minyak Berat
Rentang ranai
karbon : C31 sampai C40
Trayek didih :
135 sampai 300°C
6.
Residu
Rentang rantai
karbon : di atas C40
Trayek didih :
di atas 300°C
Fraksi-fraksi
minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang
meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi,I treating, dan blending.
2.4.2 CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing
fraksi yang dihasilkan dimurnikan (refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul
senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah
menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki
kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan
oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan
oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat
anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang
mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan
dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh
beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan
penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking
adalah sebagai berikut :
2. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu
dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3
bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion
karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul
olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya
ion karbonium :
3. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara
perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi
tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini
adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen
sulfida yang kemudian dipisahkan.
2.4.3 REFORMING
Reforming
adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai
karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).
Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang
berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming
dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh
reforming adalah sebagai berikut :
Reforming
juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin
menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini
digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam
lempung.Contoh reaksinya :
2.4.4 ALKILASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam
molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat
Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH
+ CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”
Polimerisasi adalah proses penggabungan
molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai
berikut :
M
CnH2n Cm+nH2(m+n)
Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa
isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi,
yaitu isooktana.
2.4.5 TREATING
Treating
adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya.
Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
Copper
sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid
treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing
yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari
fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang
rendah.
Deasphalting
yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing
(desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Sulfur
merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas,
namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah,
termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam
proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa
gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara
serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur
dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif,
ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak
bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental.
Desulfurisasi
merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak
bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :
1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta
2.
Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam bentuk
senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon
asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari
dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi
atau pencucian/pelucutan.
Akan
tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain
yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara
selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu
dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh
enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah
senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses
ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya
alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses
bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih
lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses
ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan kandungan
sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika
disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan
menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi
juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses
Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas
Salah
satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques dari
Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini sudah
diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih
terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques
beroperasi di seluruh dunia.
Proses
ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai
katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung
hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan
kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi
dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara
biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses
dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke
absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai sulfur cair
murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah,
maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai
bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
Absorpsi
H2S oleh senyawa soda
Pembentukan
sulfur elementer oleh mikroorganisme
2.4.6 BLENDING
Proses
blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki
berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling
banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk
memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang
dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara
bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL
berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas,
agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan
penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara.
BAB III
HASIL PENGOLAHAN
SERTA DAMPAK MINYAK BUMI
3.1 Hasil Pengolahan Minyak Bumi
Keberadaan
minyak bumi dan berbagai macam produk olahannya memiliki manfaat yang sangat
penting dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh penggunaan minyak
tanah, gas, dan bensin. Tanpa ketiga produk hasil olahan minyak bumi tersebut
mungkin kegiatan pendidikan, perekonomian, pertanian, dan aspek-aspek lainnya
tidak akan dapat berjalan lancer.
Menurut komposisi dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat
memproduksi berbagai jenis produk minyak Bumi. Produk minyak terbesar digunakan
sebagai energi; bermacam
tingkatan minyak
bahan bakar dan bensin. Pengolahan juga memproduksi bahan kimia lain, beberapa
diantaranya digunakan dalam proses kimia untuk membuat plastik dan bahan
berguna lainnya. Sejak minyak Bumi sering berisi beberapa persen sulfur, sejumlah besar sulfur juga sering diproduksi sebagai produk
minyak Bumi. Hidrogen dan karbon dalam bentuk arang
minyak Bumi juga dapat
diproduksi sebagai produk minyak Bumi. Produk hidrogen sering digunakan sebagai
produk perantara untuk proses pengolahan minyak lainnya seperti pemecahan
katalitis hidrogen (pemecahan
hidro) dan hidrodesulfurisasi.
3.1.1
LPG (Liquified
Natural Gas) dan LPG (Liquified Petroleum Gas)
Bahan baker gas
biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan indusri.
Elpiji, LPG (liquified
petroleum gas,harfiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah
campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal darigas alam. Dengan
menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya
didominasi propana dan butana
. Elpiji
juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana dan
pentana
Dalam
kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair
lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu
elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk
memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan
yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%
dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam
keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi
biasaya sekitar 250:1.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55°C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propane dan elpiji butana.
1. Sifat LPG
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55°C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propane dan elpiji butana.
1. Sifat LPG
Sifat elpiji terutama adalah sebagai
berikut:
·
Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
·
Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau
menyengat
·
Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki
atau silinder.
·
Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
·
Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak
menempati daerah yang rendah.
2. Penggunaan elpiji
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).
3. Bahaya elpiji
Salah
satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau
instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada
awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi akan sulit dideteksi apabila terjadi
kebocoran pada tabung gas. Maka Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang
baunya khas dan menusuk hidung untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung
gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga
kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi
lebih besar.
3.1.2 Bahan Bakar Penerbangan
Bahan bakar penerbangan salah satunya avtur yang digunakan sebagai
bahan bakar persawat terbang.
AVTUR Avtur (Aviation Turbine)
merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur
didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external
combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh
karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan
struktur pada suhu yang rendah. Avtur memiliki titik beku (freeze point) maksimum -47°C dan titik
nyala (flash point) minimum 38°C (100° F). Avtur
biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya
pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi serta sifat-sifat lainnya.
Avtur memiliki sifat yang menyerupai kerosin karena memiliki rentang panjang
rantai C yang sama. Komponen-komponen kerosin dan avtur terutama adalah
senyawa-senyawa hidrokarbon parafinik (CnH2n+2) dan monoolefinik (CnH2n) atau naftenik
(sikloalkan, CnH2n) dalam rentang C10 – C15. B.
Di samping
sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang, bahan bakar penerbangan
juga berfungsi sebagai cairan hidrolik di dalam sistem kontrol mesin dan
sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu
jenis bahan bakar jet-yakni tipe kerosene (minyak tanah), yang digunakan untuk
keperluan penerbangan sipil di seluruh dunia.
Memiliki karakteristik anti-knock yang
ditunjukkan oleh bilangan oktan untuk nilai di bawah 100 dan juga capaian
performa di atas 100. Tingkat/grade AVGAS pada prinsipnya ditentukan oleh nilai
oktan yang mengindikasikan tingkat performa/kinerja bahan bakar. AVGAS memiliki
sifat sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar pada temperatur normal.
3.1.3 Bensin
1. Pengertian Bensin
Bensin, atau Petrol (biasa disebut
gasoline di Amerika Serikat dan Kanada) adalah cairan bening, agak
kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang sebagian besar
digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Bensin dapat digunakan
sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya yang dapat melarutkan cat.
Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan
iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. Kadang-kadang, bensin juga
dicampur dengan etanol sebagai bahan bakar alternatif. bensin sudah mejadi
kebutuhan pokok masyarakat dunia yang semakin dinamis.
Karena merupakan campuran berbagai
bahan, daya bakar bensin berbeda-beda menurut komposisinya. Ukuran daya bakar
ini dapat dilihat dari Oktan setiap campuran.
2. Sifat Kimia Bensin
Bensin merupakan bahan bakar tak
terbarukan yang terbuat dari minyak bumi. Terbentuk dari sisa-sisa tanaman dan
binatang (diatom) yang hidup ratusan juta yang disebut fosil. Sisa-sisa jasad
renik inilah kemudian ditutupi lapisan sedimen dari waktu ke waktu.
Tekanan ekstrim dan suhu tinggi
selama jutaan tahun, sisa organisme ini akan menjadi campuran hidrokarbon cair
(senyawa kimia organik dari hidrogen dan karbon) yang kita sebut sebagai minyak
mentah. Kilang memecah hidrokarbon ini menjadi produk yang berbeda. Pemilahan
produknya ini termasuk diantaranya bensin, solar, residu, dan produk sejenis.
Sebagaimana sifat kimiawi tetap dari
bensin itu sendiri bahwa pada saat bensin meninggalkan kilang minyak ( Refinery )
maka bensin tersebut mengalami perubahan, yaitu penurunan ( degradasi )
kualitas dan kehilangan energy potensialnya – yang disebabkan oleh proses
oksidasi dan pertumbuhan mikroorganisme.
Dengan masa penyimpanan yang lama
dan pengaruh lingkungan maka bensin berubah menjadi pernis yang mengental.
Bensin yang kualitasnya turun menimbulkan masalah serius pada kendaraan.
3.
Analisis kimia dan produksi
Bensin diproduksi di kilang minyak.
Material yang dipisahkan dari minyak mentah lewat distilasi, belum dapat
memenuhi standar bahan bakar untuk mesin-mesin modern. Material ini nantinya
akan menjadi campuran hasil akhir.
Semua bensin terdiri dari
hidrokarbon, dengan atom karbon berjumlah antara 4 sampai 12 (biasanya disebut C4
sampai C12).
4.
Cara Kerja Bensin dalam
Mesin
Bensin
bekerja di dalam mesin pembakaran yang ditemukan oleh Nikolaus Otto. Mesin
pembakaran dikenal pula dengan nama Mesin Otto. Cara kerja bensin di dalam
mesin pembakaran:
·
Bensin dari tangki masuk ke dalam karburator. Kemudian
bercampur dengan udara. Di era modern Peran karburator digantikan oleh sistem
injeksi. Sebuah sistem pembakaran baru yang bisa meminimalisir emisi gas buang
kendaraan.
·
Campuran bensin dan udara kemudian dimasukkan ke dalam ruang
bakar.
·
Selanjutnya, campuran bensin dan udara yang sudah berbentuk
gas, ditekan oleh piston hingga mencapai volume yang sangat kecil.
·
Gas ini kemudian dibakar oleh percikan api dari busi.
·
Hasil pembakaran inilah yang menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan kendaraan.
Dalam
kenyataannya, pembakaran gas di dalam mesin tidak berjalan dengan sempurna. Masalah
yang sering muncul adalah “ketukan di dalam mesin”, atau disebut sebagai “mesin
ngelitik” atau knocking. Knocking menyebabkan kerusakan mesin. Knocking terjadi
karena campuran udara dan bahan bakar terbakar secara spontan karena tekanan
tinggi di dalam mesin, bukan karena percikan api dari busi.
Penyebab
knocking ada beberapa macam, yaitu:
·
Pemakaian bensin yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.
·
Ruang bakar sudah kotor dan berkerak.
·
Penyetelan pengapian yang kurang tepat.
5.
Nama Produk Bensin
Bensin memiliki berbagai nama, tergantung pada produsen dan
Oktan. Beberapa jenis bensin yang dikenal di Indonesia diantaranya:
·
Premium, produksi Pertamina memiliki Oktan 88.
·
Pertamax, produksi Pertamina memiliki Oktan 92.
·
Pertamax Plus, produksi Pertamina memiliki Oktan 95.
·
Pertamax Racing, produksi Pertamina memiliki Oktan 100.
Khusus untuk kebutuhan balap mobil.
·
Primax 92, produksi Petronas memiliki Oktan 92.
·
Primax 95, produksi Petronas memiliki Oktan 95.
·
Super 92, produksi Shell memiliki Oktan 92.
·
Super Extra 95, produksi Shell memiliki Oktan 95.
·
Performance 92, produksi Total memiliki Oktan 92.
·
Performance 95, produksi Total memiliki Oktan 95.
6.
Cara Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
Untuk merubah bilangan oktan menjadi
lebih tinggi, dapat dilakukan dengan menambah zat aditif, seperti tetraetillead
(TEL) atau Pb(C2H5)4 dan TML (Tetra Methyl Lead) atau MTBE (metil tersier butil
eter). Penambahan 6 mL TEL ke dalam satu galon bensin dapat meningkatkan
bilangan oktan antara 15–20 satuan. Namun demikian TEL dan TML memiliki
kelemahan yaitu dapat menimbulkan emisi bahan bakar yang membahayakan kesehatan
manusia. MTBE mudah laruh dalam air dan bersifat karsinogenik (zat penyebab penyakit
kanker). Jika tercecer ke tanah dapat mencemari air tanah dan
membahayakan kesehatan manusia
Semakin tinggi bilangan oktan, maka
bahan bakar bensin akan menjadi relatif sulit terbakar secara spotan, atau
sulit terbakar dengan sendirinya. Istilah pembakaran Spontan merujuk pada
keadaan dimana bensin terbakar bukan karena percikan api dari busi, namun
terbakar akibat terjadinya perubahan tekanan dan temperatur ketika proses
kompresi oleh piston.
Kompresi oleh piston menyebabkan
volume ruang bakar mengecil, akibatnya tekanan dan temperatur menjadi naik.
Kenaikan Tekanan dan temperatur ini dapat menyebabkan bahan bakar bensin
terbakar secara spontan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa mesin yang
memiliki compression ratio tinggi, mensyaratkan bahan bakar bensin yang
memiliki bilangan oktan tinggi.
7.
Kegunaan bensin
Bensin
biasanya digunakan sebagai :
Bahan
bakar motor
Sebagai bahan bakar motor ada
beberapa sifat yang diperhatikan untuk menentukan baik atau tidaknya bensin
tersebut.
·
Keadaan terbang (titik embun)
Gangguan yang disebabkan oleh adanya
gelembung-gelembung gas didalam karburator dari sebuah motor yang disebabkan
oleh adanya kadar yang terlalu tinggi dari fraksi-fraksi yang sangat ringan
dalam bensin. Hal ini terutama disebabkan oleh terlalu banyaknya propana dan
butana yang berasal dari bensin. Gelembung gelembung gas yang terdapat dalam
keadaan tertentu dapat menutup lubang-lubang perecik yang sempit dan pengisian
bensin akan terhenti.
·
Kecendrungan mengetok (knocking)
Ketika rasio tekanan dari motor
relatif tinggi, pembakaran bisa menyebabkan peletusan (peledakan) didalam
silinder, sehingga :
- Timbulnya kebisingan knock
- Kekuatan berkurang
- Menyebabkan kerusakan mesin
·
Keadaan “damar” dan stabilitas penyimpanan
Damar dapat terbentuk karena adanya
alkena-alkena yang mempunyai satu ikatan ganda sehingga berpotensi untuk
berpolirherisasi membentuk molekul – molekul yang lebih besar. Pembentukan
damar ini dipercepat oleh adanya zat asam di udara, seperti peroksiden.
Kerugian yang disebabkan oleh pembentukan damar ini antara lain :
·
Bahan ini menempel pada tempat dalam motor, antara lain
saluran- saluran gas dan pada kutub yang dapat mengakibatkan kerusakan motor.
·
Menurunkan bilangan oktan karena hilangnya alkena-alkena
dari bensin.
·
Pembentukan damar dapat dicegah dengan penambahan
senyawa-senyawa dari tipe poliphenol dan aminophenol, seperti hidroquinon dan
p-aminophen.
·
Titik beku
Jika dalam bensin terdapat
prosentasi yang tinggi dari aromatik-aromatik tertentu maka pada waktu
pendinginan, aromatic\ akan mengkristal mengakibatkan tertutupnya lubang-lubang
alai penyemprotan dalam karburator. Titik beku ini terutama dipengaruhi oleh
benzen (titik beku benzen murni ± 5ºC).
·
Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar
belerang terlalu tinggi, adalah :
- Memberikan bau yang tidak enak
dari gas-gas yang dihasilkan.
- Mengakibatkan korosi dari
bagian-bagi
3.1.4
Minyak Tanah ( Kerosin )
Kerosin (minyak tanah), biasa
digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Kerosin juga
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking. Minyak
tanah (bahasa Inggris: keroseneatauparaffin) adalah cairan
hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Diperoleh dengan cara
distilasi fraksional dari petroleum pada 150°C and 275°C (rantai karbon dari
C12 sampai C15). Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros
(κερωσ, wax ). Dari website Pertamina diketahui bahwa minyak tanah memiliki
kandungan sulfur yang lebih rendah dibandingkan solar (minyak tanah 0.2 wt%
sedangkan solar 0.5 wt%). Kerosin (Minyak Tanah ) Rentang rantai karbon : C12
sampai C20 Trayek didih : 85 sampai 105°C d.
Sifat bakar nyala kerosin tergantung
pada susunan kimia dari minyak tanah :
·
Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat
dibesarkan karena apinya mulai berarang.
·
Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
·
Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.
Pemakaian terpenting dari kerosin
antara lain:
1.
Minyak Lampu. Minyak tanah dalam lampu mengalir ke sumbu
karena adanya gaya kapiler dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat
sumbu. Aliran kerosin tergantung pada kekentalan yaitu jika minyak cair kental
dan lampu mempunyai tinggi naik yang besar maka api akan tetap rendah dan sumbu
menjadi arang (hangus) karena kekurangan minyak.
2.
Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak
3.
Bahan bakar motor. Motor berbahan bakar kerosin selain
memiliki sebuah karburator juga mempunyai alat penguap untuk kerosin. Motor ini
jalannya dimulai dengan bensin dan dilanjutkan dengan kerosin kalau alat penguap
sudah cukup panas. Motor ini akan berjalan dengan baik bila kadar aromatik di
dalam bensin tinggi.
4.
Kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti
semut dan mengusir kecoa.
5.
Bahan pelarut untuk insektisida Bubuk serangga dibuat dari
bunga Chrysant (Pyerlhrum cinerarieotollum) yang telah dikeringkan dan
dihaluskan, sebagai bahan pelarut digunakan kerosin. Untuk keperluan ini 2
kerosin harus mempunyai bau yang enak atau biasanya obat semprot itu mengandung
bahan pengharum.
3.1.5 Solar atau Minyak Diesel
1. Pengertian solar
Solar adalah hasil dari pemanasan minyak
bumi antara 250-340°C, sebagai bahan bakar mesin diesel. Solar tidak dapat
menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas
untuk diolah kembali. Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang
cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana.
Angka setana adalah tolak ukur kemudahan
menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
• Kegunaan
Minyak Solar antara lain:
-Digunakan
sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus,
truk, kereta api dan traktor .
-Memproduksi
uap
-Mencairkan
hasil peridustrian
-Membakar
batu
-Mengerjakan
panas dari logam
2. Sifat utama dari bahan bakar
diesel / solar
Bahan bakar diesel biasa juga disebut light
oil atau solar, adalah suatu campuran dari hydrocarbon yang telah di distilasi
setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200
sampai340. Sebagian besar solar digunakan untuk menggerkkan mesin diesel. Bahan
bakar diesel mempunyai sifat utama , yaitu :
* Tidak berwarna atau sedikit
kekuning-kuningan dan berbau.
* Encer dan tidak menguap dibawah temperatur
normal.
* Mempunyai titik nyala tinggi (40 C-100
C).
* Terbakar spontan pada 350, sedikit dibawah
temperatur bensin yangterbakar sendiri sekitar .
* Mempunyai berat jenis 0,82-0,86.
* Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500
kcal/kg).
* Mempunyai kandungan sulfur lebih besar
dibanding bensin.
* Memiliki rantai Hidrokarbon C14 s/d C18.
3. Syarat-syarat Kualitas solar yang
diperlukan sebagai berikut.
a. Mudah terbakar
b. Solar harus dapat memungkinkan
engine bekerja lembut dengan sedikit knocking.
c. Tetap encer pada suhu dingin
(tidak mudah membeku)
Solar harus tetap cair pada temperatur rendah sehingga engine akan mudah
dihidupkan dan berputar lembut.
d. Daya Pelumasan
Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nosel Oleh
karena itu harus mempunyai sifat daya pelumas yang baik.
e. Kekentalan Solar
solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat
disemprotkan oleh injektor.
f. Kandungan Sulfur
Sulfur merusak pemakaian komponen engine, dan kandungan sulfur solar
harus sekecil mungkin.
g. Stabil
Tidak berubah dalam kualitas, tidak mudah larut selama disimpan.
4. Nomor Cetane(Cetane Number)
Nomor cetane atau tingkatan dari solar adalah
satu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk pencegah
terjadinya knocking. Tingkatan yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih
baik. Ada dua skala indek untuk mengontrol kemampuan solar untuk mencegah
knocking dan mudah terbakar yaitu cetane index dan diesel index. Minimal
tingkatan cetane yang dapat diterima untuk bahan bakar yang digunakan untuk
engine diesel kecepatan tinggi umumnya 40-45. Oleh karena, itu engine diesel
perbandingan kompresinya (15:1-22:1) lebih tinggi daripada engine
bensin(6:1-12:1) dan juga engine diesel dibuat dengan kontruksi yang jauh lebih
kuat dari pada engine bensin.
5. Perbedaan Bahan Bakar Untuk Mesin
Diesel Dengan Mesin Besin
Perbedaan
antara bahan bakar diesel dengan bahan bakar bensin yang nyata adalah terletak
pada proses pembakaran bahan bakar. Maka dari itu,untuk sebuah mesin kendaraan
atau alat berat yang beroperasi dengan menggunakan tenaga diesel, pasti
membutuhkan bahan bakar diesel yang kandungannya tersebut harus disesuaikan
dengan jenis kendaraan atau apapun itu yang penting menggunakan mesin diesel.
Pada mesin bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan api
listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug), sedangkan pada
mesin diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan
bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala.
6. Jenis- Jenis Bahan Bakar Mesin
Diesel
Untuk jenis bahan bakar untuk mesin
diesel mempunyai beberapa jenis dan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk
mesin diesel yang digunakan. Jenis bahan bakar untuk mesin diesel dibedakan
menjadi sebagai berikut :
a.Minyak Solar
(HSD)
High Speed
Diesel (HSD) merupakan bahan bakar jenis solar untuk mesin tenaga diesel yang
memiliki angka performa cetane number 45. Mesin diesel yang umum menggunakan
bahan bakar ini mengadopsi sistem
injeksi pompa mekanik dan elektronik injeksi. Jenis BBM ini diperuntukkan untuk
jenis kendaraan bermotor untuk trasportasi dan mesin industri.
b.
Minyak Diesel (MDF)
Minyak
diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair
pada temperatur rendah. Pada umumnya minyak diesel memiliki kandungan sulfur
yang rendah dan dapat diterima oleh mesin diesel berkecepatan sedang di sektor
industri.
c.
Minyak Bakar (MFO)
Minyak
bakar atau marine fuel oil bukan merupakan hasil destilasi (pemisahan
fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya) tetapi hasil
dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat
kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel.
d.
Biodiesel
Biodiesel
merupakan bahan bakar yang cukup baik sebagai sumber bahan bakar pengganti
karena dapat terbarukan (renewable). Bahan ini adalah hasil reaksi asam lemak
dengan metil alkohol membentuk senyawa metil ester. Biodiesel merupakan bahan
bakar yang tidak beracun, karena lebih mudah diurai secara alami, menghasilkan
karbon monoksida dan hidrokarbon yang relatif rendah.
e.Diesel Performa
Tinggi
bakar
mesin diesel modern yang memiliki cetane number 53 dan memiliki kualitas tinggi
dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm. Jenis bahan bakar ini
direkomendasikan untuk mesin diesel dengan sistem injeksi coomonrail. Sistem
common rail adalah sebuah tube bercabang dengan katup injektor yang
dikendalikan oleh komputer.
3.1.6 Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang
diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini
merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat
celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua
permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling
utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin
pembakaran dalam.
3.1.7 Lilin ( Parafin )
parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkan dengan formula CnH2n+2.
Lilin parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40.
Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam temperatur
ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan
pada temperatur ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin,
berasal dari molekul terberat mulai C20H42 hingga C40H82.
Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach tahun 1830.[1]
Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis
untuk sebuah alkan pada umumnya, tapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada
satu linear, atau alkan normal - dimana bercabang, atau isoalkan
juga disebut isoparafin. Berbeda dari bahan bakar yang dikenal di
Britania dan Afrika
Selatan sebagai minyak parafin atau hanya parafin,
yang disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS, Australia dan Selandia Baru.
3.1.8 Aspal atau Bitumen
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan
lapis perkerasan
lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak
(aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat
diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan
bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Kandungan
utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic
yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen
dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan
beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah
renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya
besar).
3.1.9 Petrokimia
Minyak bumi selain sebagai bahan
bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan atau produk yang terbuat dari bahan dasarnya
minyak dan gas bumi disebut petrokimia. Bahan-bahan petrokimia dapat
digolongkan: plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen,
pelarut, pupuk, berbagai jenis obat dan vitamin.
3.1.9.1 Bahan Dasar Petrokimia
Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:
1.
Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia
2.
Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, dan
3.
Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat
dimanfaatkan.
Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan
dasar yaitu:
1.
Olefin (alkena-alkena)
Olefin yang terpenting adalah etena (etilina), propena
(propilena), butena (butilena) dan butadiena.
CH2 = CH2
CH2 = CH -CH3
Etilena
propilena
CH3 – CH = CH – CH3
CH2 = CH – CH = CH2
Butilena
butadiena
2. Aromatika (benzena dan turunannya)
Aromatika
yang terpenting adalah benzena (C6H6), totuena (C6H5CH3)
dan xilena (C6H4 (CH3)2
3. Gas Sintesis
Gas sintetis disebut juga syn-gas
yang merupakan campuran karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2).
Syn-gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang disebut stean
reforming atau oksidasi parsial.
Reaksi stean reforming : CH4(g)
+ H2O → CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial
: 2CH4(g) + O2 → 2CO(g)
+ 4H2(g)
3.1.9.2 Petrokimia dari Olefin
Berikut ini beberapa petrokimia dari olefin dengan bahan
dasar etilena:
1.
Polietilena
Polietilena adalah plastik yang
paling banyak diproduksi yang digunakan sebagai kantong plastik dan plastik
pembungkus/sampah.
2.
PVC
PVC adalah polivinilkiorida yang
merupakan plastik untuk pembuat pipa (pralon).
3.
Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari-hari
kita kenal sebagai alkohol yang digunakan untuk bahan bakar atau bahan antar
produk lain.
Alkohol dibuat dari etilena:
CH2 = CH2 + H2O
→ CH3 – CH2OH
4.
Etilen glikol atau Glikol
Glikol digunakan sebagai bahan anti
beku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin.
3.1.9.3 Petrokimia dari Aromatik
Bahan dasar aromatik yang terpenting
adalah benzena, toluena, dan xilena (BTX). Bahan dasar benzena umumnya diubah
menjadi stirena, kumena dan sikloheksana
1.
Stirena digunakan untuk membuat karet sinetik
2.
Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol
untuk membuat perekat
3.
Sikloheksana digunakan terutama untuk membuat nylon
4.
Benzena digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
detergen. Bahan dasar untuk toluena dan xilena untuk membuat bahan peledak
(TNT), asam tereftalat (bahan pembuat serat).
3.1.9.4 Petrokimia dan gas-sinetik
Gas
sinetik merupakan campuran dari karbon monoksida dan hidrogen. Beberapa contoh
petrokimia dari syn-gas sebagai berikut:
1.
Amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g)
→ 2NH3(g)
Gas nitrogen dari udara dan gas
hidrogennya dari syn-gas. Amonia digunakan untuk membuat pupuk [CO(NH2)2]
urea, [(NH4)2SO4]; pupuk ZA dan (NH4NO3);
amonium nitrat.
2. Urea [CO(NH2)2]
CO2(g) + 2NH3(g)
→ NH2COH4(S)
NH2CONH4(S) →
CO(NH2)2(S) + H2O(g)
Urea adalah senyawa
organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4
atau (NH2)2CO.
Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di
kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin,
isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini
adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang
akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme.
3.
Metanol (CH3OH)
CO(g) + 2H3(g)
→ CH3OH(g)
Sebagian besar metanol diubah
menjadi formal-dehida dan sebagian digunakan untuk membuat serat dan campuran
bahan bakar.
4. Formal dehida (HCHO)
CH3OH(g) →
HCHO(g) + H2(g)
Formal dehida dalam air dikenal
dengan formalin yang digunakan mengawetkan preparat biologi.
Formaldehida dapat digunakan untuk
membasmi sebagian besar bakteri, sehingga
sering digunakan sebagai disinfektan dan juga
sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan
nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang
dan pakaian.
3.2 Dampak Minyak Bumi Dalam Kehidupan
Pembakaran
bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang
dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadang-kadang mengasilkan
partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran
lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada tubuh manusia
karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga kemampuan darah
mengikat oksigen menjadi menurun.
3.2.1 Dampak
terhadap lingkungan
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem
transportasi yang tidak "sustainable" dapat dibagi dalam 2 kelompok
besar yaitu dampak terhadap lingkungan udara dan dampak terhadap lingkungan
air.
Kualitas udara perkotaan sangat menurun akibat
tingginya aktivitas transportasi. Dampak yang timbul meliputi meningkatnya
konsentrasi pencemar konservatif yang meliputi: · Karbon monoksida (CO) ·
Oksida sulfur (SOx) · Oksida nitrogen (NOx) · Hidrokarbon (HC) · Timbal (Pb) ·
Ozon perkotaan (O3) ·
Kegiatan
transportasi memberikan dampak terhadap lingkungan air melalui air buangan dari
jalan raya. Air yang terbuang terbawa oleh air hujan, mengandung bocoran bahan
bakar dan larutan dari pencemar udara yang tercampur dengan air tersebut.
3.2.2 Dampak
terhadap kesehatan
Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan
telah mengakibatkan tingginya kadar timbal dalam darah.
3.2.3 Dampak
terhadap ekonomi
Dampak terhadap ekonomi akan semakin bertambah
dengan terjadinya kemacetan dan tingginya waktu yang dihabiskan. Akibatnya
waktu kerja semakin menurun dan akibatnya produktivitas juga berkurang.
3.2.4 Polusi
Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil
1.
Sumber Bahan Pencemaran
a. Pembakaran Tidak Sempurna
b. Menghasilkan asap yang mengandung gas
karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar
(hidroksida).
c. Pengotor dalam Bahan Bakar
d.
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida
belerang (SO2 atau SO3).
e. Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar
f. Bensin
yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan
menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.
2.
Asap Buang Kendaraan Bermotor
a. Gas Karbon
Dioksida (CO2)
Gas
karbon dioksida tergolong gas rumah kaca, kadar gas karbon dioksida di udara
mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi.
b. Gas Karbon
Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat
menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk
ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan
hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO +
Hb → COHb
Hemoglobin
seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa ke sel-sel
jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 +
Hb → O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida
terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar daripada oksigen. Bahkan
hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas karbon
monoksida.
CO +
O2Hb → COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi
fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen bagi tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida
di udara adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan
pengubah katalitik pada knalpot.
c. Oksida
Belerang (SO2 dan SO3)
Belerang dioksida yang terhisap pernapasan
bereaksi dengan air di dalam saluran pernapasan, membentuk asam sulfit yang
dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap, yang
terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut
dalam air hujan dan menyebabkan terjadi hujan asam.
d. Oksida
Nitrogen (NO dan NO2)
Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara
biasa ditandai dengan lambang NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm.
NOx di udara tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini
bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut
(asap-kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan
saluran pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
e. Partikel
Timah Hitam
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap
pada tanaman sehingga bahan makanan terkontaminasi. Keracunan timbel yang
ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah
teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan
kerusakan otak, ginjal, dan hati.
3.
Pengubah Katalitik
Untuk
mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor adalah
memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik berupa
silinder dari baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang
lebah yang dilapisi katalis (biasanya platina). Pada separuh bagian pertama
dari pengubah katalitik, karbon monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida
membentuk karbon dioksida dan gasnitrogen.
katalis
2CO(g)
+ 2NO(g) → 2CO2(g) + N2(g)
Hidrokarbon
dan karbon monoksida (jika masih ada)
dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air. Pengubah katalitik hanya
dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa timbel.
4.Efek
Rumah Kaca
Berbagai
gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa keluarga
CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi
menahan radiasi inframerah. Sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi dan
menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang
dipancarkan permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah
kaca.
Efek
rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata
15˚C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan
bumi diperkirakan sekitar –25˚C. Peningkatan
kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi
terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai macam kerugian.
5.
Hujan Asam
Air
hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena
air hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara,
membentuk asam karbonat.
CO2(g)
+ H2O(l) → H2CO3(aq)
Asam
Karbonat
Air
hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab
Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l)
→ H2SO3(aq) ( Asam Sulfit )
SO3(g) + H2O(l)
→ H2SO4(aq) ( Asam Sulfat )
2NO2(g) +
H2O(l) → HNO2(aq) + HNO3(aq) (Asam Nitrit Asam Nitrat )
b. Masalah yang
Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan
Hutan
- Kematian
Biota Air
- Kerusakan
Bangunan
Bahan bangunan
sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut dalam asam,
maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) +
2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara
Menangani Hujan Asam
- Menetralkan
asam
- Mengurangi
emisi SO2
- Mengurangi
emisi oksida nitrogen
BAB IV
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Proses
pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium karbida, CaC2
(dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang menghasilkan
asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan
tinggi.
Minyak
bumi selain bahan bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia.
Produk
hasil pengolahan minyak bumi antara lain : Bahan bakar, napta, gasoline,
kerosin, minyak solar, minyak pelumas dan residu.
Dampak
yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna Pembakaran
bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang
dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadang-kadang mengasilkan
partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas
ini berbahaya pada tubuh manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin
darah, sehingga kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.
3.2 Saran
Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya
lama, maka kita harus berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak
cepat habis. Dan penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan alam sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo, Unggul. 2014. Kimia Untuk SMA/MA
Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk Sma Kelas 1b/X Semester 2. Jakarta : Erlangga
Utami, Budi. 2009. Kimia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta
: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
http://www.slideshare.net/firdikaarini/minyak-bumi-dan-gas-alam-29834836, ( 27 Agustus 2014 )
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/06/minyak-bumi-artikel-lengkap.html, ( 27 Agustus 2014 )
http://esdm.sulbarprov.go.id/index.php?id=1&news=235, (
27 Agustus 2014 )
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%202.htm, (
28 Agustus 2014 )
http://rinitharini.blogspot.com/2012/07/makalah-kimia-minyak-bumi.html ( 28 Agustus 2014 )
http://fauzyghol.wordpress.com/2012/11/25/makalah-minyak-bumi/, ( 29 Agustus
2014 )
http://www.slideshare.net/firdikaarini/minyak-bumi-dan-gas-alam-29834836, ( 30 Agustus 2014 )
http://rajinbelajar.net/search/contoh+makalah+tentang+bensin,
( 1 September 2014 )
http://ardra.biz/sain-teknologi/ilmu-dan-teknologi-terapan/pengertian-dan-menentukan-bilangan-oktan-bensin/,
( 2 September 2014 )
http://www.scribd.com/doc/55604411/Produk-Pengolahan-Minyak-Bumi-Dan-Manfaatnya ( 3 September 2014 )
http://ahmadkhairun.blogspot.com/2013/05/makalah-tentang-bensin.html ( 3
September 2014 )
LAMPIRAN
Penambangan Lepas Pantai
Alat Pengeboran Minyak
Pengolahan Minyak Mentah
Minyak Mentah Sebelum Di Olah
Proses Pengeboran Untuk Mendapatkan Minyak
Proses Pengeboran Minyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar